Sebuah catatan
dari Konser Rock Opera Indonesia :
dipenghujung…
Bagaimana bisa percaya, jika harapan tak ada
Bagaimana bisa bicara , jika lidah tak ada
Bagaimana bisa melihat, jika mata tak ada
Bagaimana bisa mendengar, jika telinga tak ada
Bagimana bisa berjalan, jika kaki tak ada
Bagaimana bisa bersalaman, jika jari tak ada
Bagaimana bisa duduk, jika pantat tak ada
Bagaimana bisa memilih, jika nurani mati
Bagaimana bisa percaya, jika harapan tak ada
Mereka berarakan…..
Nabi-nabi palsu, politikus tukang catut
Seniman dan mahasiswa
Polisi dan militer
Bebicara satu kata, Indonesia Raya
ketika seminar dibuka dengan botol-botol anggur
ditutup dengan senggama
ahhhhh….
Jangan takut bila kita masih bernafas!!!
Jiwa-jiwa haus mencari lirik,…….bernyanyi
Nyanyian jiwa,
Sayap menembus awan jingga
Mega-mega terberai diterjang halilintar
Mata hati,
Bagai pisau merubah sangsi
Hari ini kutelan semua masa lalu
Biru-biru ku
Hitam-hitam ku
Aku sering ditikam cinta
Pernah dilemparkan badai
Tapi aku tetap berdiri
Nyayian jiwa haruslah dijaga
Mata hati haruslah diasah
Menjeritlah selagi bisa
Jika itu dianggap penyelesaian
Dan sang burung berceloteh……..
Mata kejora, kejora, kejora, kejora…
Mata kekasih berkerjap-kerjap
…………
Mata badik membelah uang
Mata sangkur, menghujam mata hati,
Padang rumput terbakar, mata api
Tetapi kekasihku dalam kalbu ini,
engkau mata angin harapanku
suara jerit mahluk terluka, luka, luka, luka……
Banyak orang dirampas, haknya
Aku bernyanyi menjadi saksi
Mereka dihinakan
Tanpa daya,
terbiasa hidup sangsi…
Banyak orang harus dibangunkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
Banyak orang dirampas haknya
Aku bernyanyi menjadi saksi
23.58 wib, 20 Agustus 2002
Dari kamar ini aku nyatakan…
Kemerdekaan yang teraniaya
Buat bangsaku…….
Dan penyair menjadi saksi, dongeng pengantar tidur kelak
No comments:
Post a Comment