Champagne Popping |
sepotong bibir yang tak pernah jemu mengucap namaku
bentuknya sudah mampu mengucap sejarahku
apa lagi lekuk tubuhku,
dan desahnya jangan ditanya, bagai debur ombak yang mampu menyeret bulan
aku simpan senyummu dalam galau yang malas berkemas
tiap kau hantarkan malam dalam gaun tipismu
aku terkabar menjadi bayi yang rindu buah dada
rebahlah risau siang oleh jaman yang tak jelas bermusim
cinta kita terbakar, asapnya menggetarkan surga
aku temukan senyummu kini di dinding-dinding kota
di antara lorong-lorong yang menatap buas
sebentuk bibir yang tertitip pada tepi gelas-gelas kosong
di tengah tembang pasar malam yang tak pernah berpura-pura
saat waktu mempertemukan kita kembali
bibir kita saling bersapa, bertukar tanya
berpindah rasa...
lalu kau lupa mengeja mantra-mantra yang dulu ku ajarkan
hingga detik tak lagi mampu memindahkan kita
aku terkapar pada langkah panjang
jahanamlah cinta berkalung harap
sepotong bibirmu sesudahnya selalu ada di sudut malam
di antara kesunyian kata tempatku berpijak
mengenangmu, mengingatkanku pada sehelai jembut yang nyangkut di gigi gadis milik Saut
dan pada botol bir ini aku benamkan bibirmu
sepotong bibir yang sanggup memerahkan cintaku selamanya
walau jasadmu terkapar di antara kubur tak bernisan
cintaku abadi dalam bibir yang tersenyum
23maret2011
Edi Sembiring
Aku mencintaiMu dengan seluruh jembutKu
oleh Saut Situmorang
ada jembut nyangkut
di sela gigiMu!
seruKu
sambil menjauhkan mulutKu
dari mulutMu
yang ingin mencium itu.
sehelai jembut
bangkit dari sela kata kata puisi
tersesat dalam mimpi
tercampak dalam igauan birahi semalamam
dan menyapa lembut
dari mulut
antara langit langit dan gusi merah mudaMu
yang selalu tersenyum padaKu.
Aku mencintaiMu dengan seluruh jembutKu
tapi bersihkan dulu gigiMu
sebelum Kau menciumKu!
jogja, 6 januari 2001
sumber gambar (image) : DewDrops
No comments:
Post a Comment