Wednesday 31 July 2002

Aku Membebaskanmu...


1
Aku datang dengan kebingungan
Kau menghampiriku dengan mata cinta
Disebuah pojok yang tersudut, aku menatapmu tanpa sembunyi
Aku menawarkan pembicaraan tapi bukan untuk menyudutkanmu
"Cinta seperti sebuah keping yang jatuh pada sumur. Berdenting nyaring diujung sana, pelan merambat" katamu. Binarmu tunjukkan lembaran-lembaran, milikku untuk mu. Syair yang lalu, obat rindumu.
Juga seperti keping yang hilang digelapnya aku menatap ragu.
"Kita terjerat didalamnya. Bukankah cinta itu membebaskan?" asap rokokku membentuk kata
"Membebaskan untuk memiliki mu," senyummu.
Ada binar diujung mimpimu, tersangkut manis diujungnya
Ada kegelisahan padaku, haruskah aku mengatakannya.
Aku takut berandai-andai, namun aku tak pandai menyimpannnya.
Cinta membuatku hampa.

2
"Jangan tegang, karena kita telah berjumpa. Cinta tak menegangkan karena tak menakutkan," senyummu
Cinta bagiku bukan misteri, tapi waktu yang jadi bandul kiamat.
Seperti saat aku ingin mengatakan bahwa aku tak ingin mengikatnya.
"Begitu besarkah kau percaya pada cinta? Dan menghamba padanya?"
"Kau yang ajarkan ku pada syair-syair. Pada huruf-huruf yang menari, pada desahmu"
Dia telah terjerat pada kata. Dan aku memiliki segudang kata-kata.
"Aku tak menyesatkanmu dalam permainan kata. Dan aku tak harus menipu demi kata-kata."
Dahimu mengernyit, menggangu keindahanmu. Menunggu kalimat berikut yang akan meluncur.
"Aku tak ingin memenjarakanmu dalam kata" ucapku pelan, tertahan.
Aku membayangkan ada yang mengalir didadamu, merembes dimatamu.

3
"Begitu cepatkah, sebelum aku puas melumat semua syair-syairmu?" ucapmu pelan
Saat itupun aku ingin melumat bibirmu, tapi aku tak ingin menawan bibirmu lebih jauh.
Cukup hanya hatimu, saat ini.
Kita mencari keindahan dalam hening, dalam beku. Aku tak bisa menyingkir dalam tatapanmu. Ada getir, tiris di pipi.
Tanganku ingin menyapunya, kau mengelak
"Aku tau kau tak suka wanita cengeng. Tapi biarlah mata yang menangis"
Aku lihat kau berusaha kalahkan perasaan mu, tapi pasti ada lumpur rindu yang menggenangi hatimu. Setelah sekian lama kita saling mencari kata-kata yang terindah dari bentuk hubungan ini.

4
Duka masih mengalir, belum menepi.
Dan aku masih bersandar pada sedihmu.
"Cinta membuat harus ada yang terluka. Seperti pelangi yang menipu kita. Bukankah cinta itu membahagiakan. Aku mencintaimu, aku membebaskanmu."
Sudah takdir wanita yang menangis, dan pria yang meringis.
Ah..Tuhan gunung tumpukan kata cinta. Cinta telah jadi candu bagi sang pemadat, tarikan yang tenangkan nafas-nafas. Ketaksadaran lambungkan mimpi sejuta tarian.
Sayapnya tutupi kesalahan, tapi kibasan mengukung. Dan aku mematahkan belenggu berabad-abad. Kembali ada yang luka.

Sementara saat ini aku masih bersenggama dengan diriku, tak lebih. Memilih untuk menepi, sendiri...

No comments: