Saturday 13 July 2002

Apa Kabarmu yang Meminta pada Bulan?

 Apa kabarmu yang meminta pada bulan?

Di matanya malam hening bergumam. 
Penghuni bumi menikmati ilusi mimpi setelah hari terbakar matanya siang. 
Bumi berkeringat dan berpendar oleh cahanya. 
Semua akal dan kepongahan beristirahat, sementara sel-sel tak mau mengalah diam.

Ingatan yang menyiksa akan dirimu. Tapi tersisakah bagimu?

Dulu ada jejak pada sebuah taman, tempat kau mendekapku. 
Katamu, aku ada karena bulan.. 
Dengan pagutmu kau tunjukan syukur pada malam. 
Pada malam yang bersih, kunikmati sempurna liukmu di cerminnya bulan. 
Tubuhmu mengkristal oleh embun yang turut campur. 
Kau peluk tubukku dan ku merasukimu.

Tapi kau masih terus bertanya tentang bulan. Adakah warna lain dibaliknya?

Mungkin ada rasa bosan diritual bulan purnama yang kesekian puluh kalinya. 
Bermandi di cahaya yang sama.
Pencarian akan kemustahilan. 
Warna yang ada hanyalah merahnya muka ayahmu. 
Dikeritingnya nalar tentang kita. Kilau pedangnya kalahkan bulan, 
tarik kau ke kastil keraguan. Pasungin cinta pada jarak berabad-abad.

Mungkin cinta kita adalah akarnya pohon di taman. 
Menembus ke bawah di guanya tanah, mencapai langit-langit dicengkraman mahluk malam. 
Janji tersimpan rapi di lorongnya, dipekatnya. Membesar bagai batu berlumut. 
Bayangan tak ada tempat untuk sembunyi. Hanya pada malam kau berlindung. 
Tapi hidup bukan hanya untuk malam.

Cinta bagai kata kata yang bergema. 
Seperti kerikil yang jatuh di sumur kosong. 
Dimana harapan terkubur dalam. Dan jawab yang tiada pernah utuh.

Apa kabarmu yang meminta pada bulan?

No comments: