Sunday 26 December 2010

Parade Puisi di Kamar Remang

Foto BK di dinding
Desahmu, nikmatku
Hidup di desa damai, di kamar ini surga             
Sampai kapan aku harus begini………
Aku tak mau dimadu, ku tunggu dudamu
Ibu aku salah, maafkan aku
Badanku milikmu, kantongmu aku yang punya
Bang Joni jangan lupakan aku

Semua lelaki sama, hanya jujur di ranjang

Sungguh indah janjimu, perawanku kau renggut      
Jangan pernah berharap cintaku, aku milik semua                     
Anakku, jangan pernah ikuti ibumu
Turunkan sewa kamar, naikkan tarif perjam
Goyang dombreeetttt……..
Sesama sundal dilarang saling memotong Jaga langganan, beri goyangan terbaik
Jangan lupakan kami kaum TERTINDIH

Hidup Soekarno, hidup kaum
Soendal!!! **

Bahasa yang sama hanya di ranjang, desah……
Satu hati satu rasa , sama-sama enak tenaaaann …  
            Hanya satu kata, LELAKI ITU BABI!!
** Yang ini adalah kisah kebingungan seorang pejabat kepolisian yang harus berkata apa kepada Presidennya. Sebab, ia baru saja melihat sesuatu yang bagus untuk dilaporkan, tetapi ia sendiri ragu, apakah itu kabar bagus buat Bung Karno?

Mereka menyaksikan potret Bapak digantung di dinding kamar-kamar yang berderet tadi.
“Di mana aku digantungkan?” desak Bung Karno.

“Di tiap kamar, Pak. Di tiap kamar terdapat potret Bapak, di samping, tentu saja ada tempat tidur, meja lengkap dengan bedak-gincu serta kaca hias,” katanya gugup, sambil sebelah matanya melirik ke arah Bung Karno, menanti dengan hati berdebar, apa reaksinya.

Karena lama tak bereaksi, pejabat kepolisian itu buru-buru menambahkan, “Pak, kami merasa bahagia karena rakyat memuliakan Bapak, tapi dalam hal ini kami masih ragu, apakah wajar kalau gambar Presiden kita digantungkan di dinding rumah pelacuran. Apa yang harus kami kerjakan? Apakah kami harus copot gambar-gambar Bapak dari dinding-dinding itu?”

“Tidak,” Bung Karno cepat menukas. “Biarkan aku di sana. Biarkan mataku yang tua dan letih itu memandangnya!" 

Sepotong kisah Soekarno bersumber dari blog Roso Daras.

No comments: