Thursday, 6 October 2011

Dewi Dja Mendunia dengan Tarian


Dewi Dja dengan tari kreasinya.
Sumber foto dari buku “Gelombang Hidupku, Dewi Dja dari Dardanella.”


Dewi Dja (dengan nama asli Soetidjah) atau “Bintang Dari Timur” telah dikenal lama oleh negara-negara yang telah dikunjunginya sejak tahun 1930-an. Kemampuannya berakting dan menari mempesona banyak orang. Ia mengelilingi dunia dengan nama Devi Dja and her Bali-Java Dancers —with Native Gamelan Orchestra. Performansinya terdiri dari 14 adegan individual tari Jawa dan tari Bali.

Di Amerika ia membuka sekolah tari. Muridnya kini banyak yang memiliki studio ternama di Hollywood.

Dewi Dja adalah orang Indonesia pertama yang menembus Hollywood. Ia menari atau menjadi koreografer untuk film Road to Singapore (1940), Road to Morocco (1942), The Moon and Sixpence (1942), The Picture of Dorian Gray (1945), Three Came Home (1950) dan Road to Bali (1952).

Ia salah satu dari sedikit orang yang diminta sendiri oleh Ramadhan KH untuk dituliskan biografinya: “Gelombang Hidupku, Dewi Dja dari Dardanella”, diterbitkan Sinar Harapan pada 1982.

Standing Ovations: Devi Dja, Woman of Java adalah riwayat hidup yang disusun oleh Leona Mayer Merrin, terbit pada 1989.


Kisah cintanya juga tertulis di buku Lumhee Holot-Tee – The Life and Art of Acee Blue Eagle, memoar suaminya, seorang seniman Amerika berdarah asli Indian.

Putrinya, Ratna Assan —kelahiran 16 Desember 1954, sempat menjadi pemain pendukung Dustin Hoffman dan Steve McQueen dalam film Papillon (1973).

Di masa awal kemerdekaan Indonesia, Devi Dja sempat bertemu Sutan Syahrir yang tengah memimpin delegasi RI untuk memperjuangkan pengakuan Internasional terhadap kemerdekaan Indonesia di markas PBB, di New York pada tahun 1947. Oleh Sutan Syahrir, dia sempat diperkenalkan sebagai duta kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Amerika. Namanya pun makin dikenal di Amerika, oleh sebab
itu tak sulit baginya mendapatkan kewarganegaraan Amerika.


Setelah merasa cukup lama tinggal di Amerika ia dan putrinya bermaksud kembali ke tanah air, tapi Perang Dunia II terlanjur pecah dan Indonesia diduduki oleh Jepang. Akhirnya mereka tertahan di Amerika tidak bisa pulang.

Sewaktu Presiden Soekarno bersama putranya Guntur Soekarno Putra melawat ke Amerika, Devi Dja sempat menjemputnya. Oleh sebab itu saat Devi Dja mendapat kesempatan pulang ke Indonesia, ia diterima oleh Presiden Soekarno di Istana Negara. Soekarno sempat menganjurkan supaya Devi melepaskan kewarganegaraan Amerikanya, tetapi halangan besar adalah pekerjaannya. Di hati Devi Dja, tanah airnya tetaplah Indonesia, hal ini dibuktikan dengan berjuang terus memperkenalkan budaya Indonesia, dengan menari dan memperkenalkan makanan khas Indonesia.

Ramadhan KH dalam bukunya menulis, bahwa Devi Dja pernah memimpin float Indonesia (float “Indonesian Holiday”, dengan sponsor Union Oil) dalam “Rose Parade” di Pasadena, tahun 1970. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang memimpin rombongan Indonesia yang turut serta dalam Rose Parade di Pasadena waktu itu. Sewaktu tanda penghargaan disematkan padanya, ia memanggil putrinya: Ratna “Ini Ratna, bacalah!” Penghargaan bagi kalian, bagi kita. “Ya Mamah. Lain kali kita harus mempertunjukkan sesuatu yang lebih bagus lagi”

Makam Miss Devi Dja di Holywood Hills

Devi Dja pernah tampil membela pemuda-pemuda Indonesia di pengadilan Los Angeles ketika maraknya berita tentang “Perbudakan di Los Angeles”. Devi tampil sebagai pembela pemuda-pemudi Indonesia yang dirantai dan dihadapkan ke pengadilan Amerika di Los Angeles. Namun berkat campur tangan Devi Dja bersama staf KBRI di Los Angeles, Pruistin Tines Ramadhan, dan Joop Ave, waktu itu sebagai Dirjen Protokol Konsuler di Deplu Pejambon, persoalan “budak-budak” dari Indonesia itu terselesaikan dan tidak sampai ada yang tertahan. Di Los Angeles Devi Dja tinggal di kawasan Mission Hill, San Fernando Valley, 22 km di Utara Los Angeles. Di rumah berkamar tiga di pinggiran kota itu ia tinggal bersama putri satu-satunya, Ratna Assan. Semasa pensiun Devi Dja mendapat sedikit uang pensiun dari Union Arts, tempat dimana dia dulu bergabung.

Tahun 1982 saat berusia 68 tahun, Devi Dja pernah pulang ke Indonesia atas undangan Panitia Festival Film Indonesia. Ia sempat menjenguk teman lamanya Tan Tjeng Bok yang tergolek lemah di rumah sakit. Devi Dja kemudian meninggal di Los Angeles pada tanggal 19 Januari 1989 dan dimakamkan di Hollywood Hills, Los Angeles.

Kisah lengkapnya : Dewi Dja (Melayuonline.com).

No comments: