Dewi Dja dengan tari kreasinya. Sumber foto dari buku “Gelombang Hidupku, Dewi Dja dari Dardanella.” |
Dewi Dja (dengan nama asli Soetidjah) atau “Bintang Dari
Timur” telah dikenal lama oleh negara-negara yang telah dikunjunginya sejak
tahun 1930-an. Kemampuannya berakting dan menari mempesona banyak orang. Ia
mengelilingi dunia dengan nama Devi Dja and her Bali-Java Dancers —with Native
Gamelan Orchestra. Performansinya terdiri dari 14 adegan individual tari Jawa
dan tari Bali.
Di Amerika ia membuka sekolah tari. Muridnya kini banyak yang
memiliki studio ternama di Hollywood.
Dewi Dja adalah orang Indonesia pertama yang menembus
Hollywood. Ia menari atau menjadi koreografer untuk film Road to Singapore (1940),
Road to Morocco (1942), The Moon and Sixpence (1942), The Picture of Dorian
Gray (1945), Three Came Home (1950) dan Road to Bali (1952).
Ia salah satu dari sedikit orang yang diminta sendiri oleh
Ramadhan KH untuk dituliskan biografinya: “Gelombang Hidupku, Dewi Dja dari
Dardanella”, diterbitkan Sinar Harapan pada 1982.
Standing Ovations: Devi Dja, Woman of Java adalah riwayat
hidup yang disusun oleh Leona Mayer Merrin, terbit pada 1989.
Kisah cintanya juga tertulis di buku Lumhee Holot-Tee – The
Life and Art of Acee Blue Eagle, memoar suaminya, seorang seniman Amerika
berdarah asli Indian.
Putrinya, Ratna Assan —kelahiran 16 Desember 1954, sempat
menjadi pemain pendukung Dustin Hoffman dan Steve McQueen dalam film Papillon
(1973).
Di masa awal kemerdekaan Indonesia, Devi Dja sempat bertemu
Sutan Syahrir yang tengah memimpin delegasi RI untuk memperjuangkan pengakuan
Internasional terhadap kemerdekaan Indonesia di markas PBB, di New York pada
tahun 1947. Oleh Sutan Syahrir, dia sempat diperkenalkan sebagai duta
kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Amerika. Namanya pun makin dikenal di
Amerika, oleh sebab
itu tak sulit baginya mendapatkan kewarganegaraan Amerika.
itu tak sulit baginya mendapatkan kewarganegaraan Amerika.
Setelah merasa cukup lama tinggal di Amerika ia dan putrinya
bermaksud kembali ke tanah air, tapi Perang Dunia II terlanjur pecah dan
Indonesia diduduki oleh Jepang. Akhirnya mereka tertahan di Amerika tidak bisa
pulang.
Sewaktu Presiden Soekarno bersama putranya Guntur Soekarno
Putra melawat ke Amerika, Devi Dja sempat menjemputnya. Oleh sebab itu saat
Devi Dja mendapat kesempatan pulang ke Indonesia, ia diterima oleh Presiden
Soekarno di Istana Negara. Soekarno sempat menganjurkan supaya Devi melepaskan
kewarganegaraan Amerikanya, tetapi halangan besar adalah pekerjaannya. Di hati
Devi Dja, tanah airnya tetaplah Indonesia, hal ini dibuktikan dengan berjuang
terus memperkenalkan budaya Indonesia, dengan menari dan memperkenalkan makanan
khas Indonesia.
Ramadhan KH dalam bukunya menulis, bahwa Devi Dja pernah
memimpin float Indonesia (float “Indonesian Holiday”, dengan sponsor Union Oil)
dalam “Rose Parade” di Pasadena, tahun 1970. Ia menjadi orang Indonesia pertama
yang memimpin rombongan Indonesia yang turut serta dalam Rose Parade di
Pasadena waktu itu. Sewaktu tanda penghargaan disematkan padanya, ia memanggil
putrinya: Ratna “Ini Ratna, bacalah!” Penghargaan bagi kalian, bagi kita. “Ya
Mamah. Lain kali kita harus mempertunjukkan sesuatu yang lebih bagus lagi”
Makam Miss Devi Dja di Holywood Hills
Devi Dja pernah tampil membela pemuda-pemuda Indonesia di
pengadilan Los Angeles ketika maraknya berita tentang “Perbudakan di Los
Angeles”. Devi tampil sebagai pembela pemuda-pemudi Indonesia yang dirantai dan
dihadapkan ke pengadilan Amerika di Los Angeles. Namun berkat campur tangan
Devi Dja bersama staf KBRI di Los Angeles, Pruistin Tines Ramadhan, dan Joop
Ave, waktu itu sebagai Dirjen Protokol Konsuler di Deplu Pejambon, persoalan
“budak-budak” dari Indonesia itu terselesaikan dan tidak sampai ada yang
tertahan. Di Los Angeles Devi Dja tinggal di kawasan Mission Hill, San Fernando
Valley, 22 km di Utara Los Angeles. Di rumah berkamar tiga di pinggiran kota
itu ia tinggal bersama putri satu-satunya, Ratna Assan. Semasa pensiun Devi Dja
mendapat sedikit uang pensiun dari Union Arts, tempat dimana dia dulu
bergabung.
Tahun 1982 saat berusia 68 tahun, Devi Dja pernah pulang ke
Indonesia atas undangan Panitia Festival Film Indonesia. Ia sempat menjenguk
teman lamanya Tan Tjeng Bok yang tergolek lemah di rumah sakit. Devi Dja
kemudian meninggal di Los Angeles pada tanggal 19 Januari 1989 dan dimakamkan
di Hollywood Hills, Los Angeles.
Kisah lengkapnya : Dewi Dja (Melayuonline.com).
Kisah lengkapnya : Dewi Dja (Melayuonline.com).
No comments:
Post a Comment