Pada awal abad ke-19, menutup dada belum jadi kelaziman di
Indonesia. Kebiasaan mengenakan kutang diperkenalkan Belanda. Dalam novelnya,
Pangeran Diponegoro, Remy Sylado menjelaskan asal-muasal istilah kutang.
Saat itu, dalam proyek pembangunan jalan raya pos
Anyer-Panarukan, Belanda mempekerjakan budak perempuan dan laki-laki. Don
Lopez, seorang pejabat Belanda, melihat budak perempuan bertelanjang dada. Dia
kemudian memotong secarik kain putih dan memberikannya kepada salah seorang di
antara mereka sembari berkata dalam bahasa Prancis: “tutup bagian yang berharga
(coutant) itu.” Berkali-kali dia mengatakan “coutant.. coutant” yang kemudian
terdengar sebagai kutang oleh para pekerja.
No comments:
Post a Comment