Thursday 13 February 2003

secangkir mungkin

kemungkinan esok adalah kini,
menyita ilusi bagai mimpi tersungkur di pagi hari
dan yang masih bernama mungkin,
terkubur sepi di akar jati, ada belukar di kanan kiri
pucuk-pucuknya hembuskan nafas-nafas pasti,
sementara cacing merah mengotori tanah
butir-butir kenihilan, ragu yang tak pernah samar

entah itu esok, entah itu nanti
berandai-andai, toh tak pernah pasti
karena ombak tenang tak mungkin lahirkan badai,
tapi karang-karang lamat-lamat tenggelam
dan tepi kesabaran kian terjilati
oleh pasang surut kesadaran

mana dia misal atau umpama
kata-kata yang aku lumat,
bersama lidah yang lama aku telan
tak ada lagi akan dan bila
karena kemungkinan telah aku jerang
bersama sepoci keringat
berharap oleh didihnya nalar dan nurani,
lahirkan takdir mendidih, meniupkan kesempurnaan
akan aku seduh bersama sesendok iman

No comments: