Monday 13 January 2003

Di penat penantian nanti

Pukul 6.05 : menantimu
Di bawah bibir ada rumput-rumput yang tak bernama. Aku mentahbiskannya sebagai umur. Cukup seminggu, ia akan kembali rimbun. Di Senin, kau akan menghadirkan titik-titik hitam, bersama titik-titik hitam lain yang melengkung di atas bibir dan di dagu. Aku tak perlu rimbunan itu, apalagi ilalang di dadamu. Engkau bukan monyet pingitan. Walau engkau sering menepuk-nepuk dada bagai gorilla memikat betina. Aku terkapar di pelukmu. Menghamparkan diri sejak lama.

Pukul 6.15 : masih menantimu
Suaramu di pagi saat sua bagai mentari berlari telanjang. Keringat selingkuh malam, terkutuklah menjadi embun. Aroma kelamin yang bertarung lalu, membaui pagi. Katanya ini aroma kebangkitan. Kesadaran bahwa hidup terus lahir di tetesan detik dari pinggul mentari yang bulat. Milikmu tak bulat. Petak mencetak getar. Apa kabarmu pagi ini sayang?

Pukul 6.25 : gelisah menanti
Aku tak perlu berucap. Cukup bibir berbahasa bibir. Nafasku menghantarkan kabar kerinduan di tiap-tiap malam. Lidahku menjejalimu kubur-kubur. Mengoles habis kerontang semusim yang tak bertuan. Basah di bibirku meracuni bentuk bibirmu. Mengigit dan mengulumnya menjadi bentuk-bentuk peraduan. Katamu di situ ada sisa-sisa tubuhku yang lalu.

Pukul 6.35 : kian gelisah, kian menanti
Selepasnya ku buta. Bisikmu menuntun. Matamu menyeret akalku. Detak jantungmu kabar-kabar yang tak ternubuatkan. Langkahmu pijakan kaki kiri dan kanan. Konon lututku telah lunglai di detik-detik lalu. Ruhku rebah di kedua tangan kekarmu. Seperti aku yang tak berdaya, aku banyak menanam harap. Tuaian itu kelak akan kusemai, tapi entah di musim apa. Saat pemangsa berenang-renang di kubangan awan, kelaminnya mencuri pandang. Sementara waktu telah mengumpulkan ranting-ranting. Kelam bersanding dengan lekuk genit garis tubuh kehidupan.

Pukul 6:45 : penat …. nanti
Nanti ada masa, masa ada kala
Kala ada hadir, hadir ada hari
Hari ada penat
Penat-penat di penantian akanmu. Senyum, rengkuh, bisik dan harap yang kian membunting mengandung bayi kembar bernama cinta dan cinta. Tapi bayi itu tak sungsang, walau badannya hitam berangka ganjil. Teriak nya nyaring berirama jeg-jes. Terulang beratus sperma berjalan tak tentu arah, rahimku tak kau sentuh. Kau biarkan aku terpaku lama mencarimu. Liar mataku membentuk pandang, menihilkan nafas-nafas lain yang bergegas.
Di penat penantian tak terjawab
Di penat hari yang kian menggigil, aku terkapar sungsang mencari bentuk. Di stasiun KA tempat kita berjanji, menantimu menuju langkah mengais kubur keping kehidupan di setiap pagi.

:dan tanganku masih terus bergetar, menggenggam kabar tragedi tabrakan dua KA sembilan bulan lalu. Namamu ada di sana bertinta darah.

12desember2003

No comments: