Tuesday 3 December 2002

Sejumput Rindu Buat Bunda di Hari Lebaran

Bunda, apa kabarmu? Kabar yang aku nanti di setiap pagi hanyalah semoga bunda baik-baik saja di sana. Usah pikirkan uban yang makin banyak usil menyeruak, sebanyak itulah kerinduan hadir untukmu.

Bunda, mungkindalam lebaran kali ini aku tak bisa datang bersama mantu dan cucu-cucumu. Bukan tiada ingin berkumpul dengan mu di hari agung ini, tapi keadaan yang benar-benar memaksa. Mantumu rindu merasakan lezatnya olahan tanganmu, ia kadang cemburu bila aku membandingkan masakannya dengan buatan bunda. Aku rindu suasana rumah yang selalu kau hadirkan kedamaian. Dan dua cucumu rindunya kian menebal, terbayang di pelupuk mata mereka tanganmu akan terkembang memeluk dan membawa mereka ke pangkuan mu. Kuping mereka rindu akan dongeng-dongengmu.

Bunda, lima bulan lalu kami telah pindah. Kini rumah yang baru telah luas, halamannya juga lebar. Aku pikir suatu saat bunda pasti tiada bosan lagi bermalam di sini, biarlah halaman itu menanti jamahanmu. Pasti akan kau hadiahkan pada kami pagi yang indah. Dari balik jendela kamarku di lantai dua, aku akan menatap bulir-bulir embun pada kelopak-kelopak bunga. Mereka membagi kasih yang kau racuni pada kehidupannnya. Sungguh damai ada di setiap belaian kasihmu.

Sebelumnya aku minta maaf tiada kabar akan kepindahan kami. Kami disibukkan olehnya. Pusing memikirkan perabotan-perabotan yang pantas untuk ruang tamu. Perabotan yang lama tiada patut dikurung megahnya rumah bergaya Eropa ini. Otomatis semua harus disesuaikan agar layak bersanding. Istrikulah yang paling berjasa dalam menatanya.

Begitu juga dengan luasnya garasi mobil yang tersedia. Kami terpaksa menambah tiga mobil lagi. Kijang yang lama tiada kontras bila berbaring di halaman. Kami memilih tiga mobil Eropa terbaru. Walau perawatannya sangat manja, tapi sungguh anggun berjalan. Bunda pasti tiada bisa berkelit bila kuajak berpesiar di Jakarta, ketakutan muntah di jalan takkan terjadi. Dan tentang mobil ini, maafkan aku lupa mengabarinya. Karena kembali kami dibingungkan untuk memilih warnanya, semua tampak sama indahnya. Untung istriku punya selera bagus. Jadilah kami pilih yang berwarna merah, hitam dan biru.

Mungkin di lebaran kali ini bunda akan dipasung sepi tanpa kehadiran kami di sisi mu. Kami pun merasakan hal yang sama, tapi tak eloklah bila kami meninggalkan rumah dan mobil-mobil itu. Kejahatan di Jakarta hadir di setiap detiknya. Kami terpaksa harus menjaganya sendiri, karena tiga pembantu, dua tukang kebun dan dua satpam pada mudik. Rumah dan isinya tak aman bila ditinggalkan.

Di lebaran kali ini mungkin kami akan menghabiskan waktu hanya di rumah, menikmati acara-acara TV, yang bertambah bagus gambar dan suaranya dari perangkat audio terbaru yang komplit di ruang khusus home theatre kami. Dan sepanjang hari cucu-cucumu dapat berenang di kolam buatan di dalam rumah, membayangkan kali di belakang rumah kita dulu. Tiada lupa aku sempatkan membersihkan mobil-mobil sambil berkaca di bodinya.

Bunda, aku tiada bisa kirimkan apa-apa untuk beli bajumu. Sudah sebulan rekeningku dibekukan dan aku tak boleh melakukan transaksi apapun. Bapak-bapak itu ingin memeriksanya, katanya ada aliran dana yang salah alamat. Bukankah yang telah masuk ke kantung kita tanpa paksaan adalah milik kita? Itu pemberian bosku, karena kemarin rekening istriku telah aku pinjamkan pada beliau. Ia ingin menitipkan sementara uangnya.

Bunda, aku tak bisa pulang ke tempat kelahiranku. Aku sedang dalam pengawasan, mereka katakan tahanan kota. Mungkin di luar kota tak aman. Tapi sebenarnyapun aku sedang menanti bosku yang hilang entah kemana, semenjak ia dicurigai punya banyak uang. Bukankah kita bekerja untuk mencari uang? Tapi aku masih merahasiakan titipan itu. Berjaga-jaga jikalau beliau membutuhkannya.

Bunda, sejumput rindu aku hadirkan bagimu. Biarlah masa mempertemukan kita kelak entah kapan, karena mungkin aku akan dipindahkan ke sebuah pulau yang menurut mereka lebih aman bagiku. Mohon maaf lahir dan bathin. Sembah sujudku bagimu. Jangan engkau ingkari aku anakmu, aku cinta mu, bunda.

Dari yang telah lama menghilang,

Anakmu

3desember2002

No comments: