Monday 16 December 2002

Kini Saatnya

Muda tiada lagi masa,
bila hari kian tua
keringkan jejak-jejak menuju
mimpi bunda.

Tiada waktu,
inilah saatnya.
Setelah musim menanggalkan jubahnya
borok kian membekas.
Pintu zaman lapuk oleh syair-syair.
Benteng itu sama tuanya
dengan sejarah yang kita ciptakan

Pada jalan yang kian samar
mata muda menuntun angin
rangkul bahu ayah dan bunda
jabat tangan kasar milik petani
cium asinnya keringat nelayan
bangkitkan sadar sang buruh
untai semua harap yang kian cemas
berbekas di ujung mata

Bila kita telah lurus berbaris
Apa lagi yang kita tunggu?

No comments: