Friday 15 November 2002

Kita sang hamba

Kaki kita masih kaki yang dulu
dua tungkai yang tak letih berjalan
Dan kerikil-kerilik tajam teman yang lalim

Tangan kita masih tangan yang lalu
tak tahan terlena sedetik pun jua
Mengais di tepi kemakmuran yang terpenjara

Mulut kita masih tetap mulut terkunci
Baunya sesakkan nafas yang terhirup
Bungkam menelan aroma kenikmatan
bongkahan emas di lumbung sang tuan.

Ajal kita masih ajal yang meretas
Menanti tak pasti, berharap tak berbekas
Sirik bukan milik kita, tapi mimis masih mengalir
Akankah kita menjual diri,
bagai kambing-kambing sang kurban nabi kebajikan

Di tepi kemakmuran, kita berdiri
Menjadi hamba hina di negeri sendiri

14 november 2002

No comments: