Tuesday 26 November 2002

ANDAI IA TAHU

Andai ia tahu,
mungkin ini bukan sebuah onggokan muntah
yang baunya mengecutkan nyali semut-semut hitam itu.
Tersedak sudah sumpalan yang tercekat lama.
Gema jiwa dibaui himpitan gunung es galau.
Entah kapan 'kan mencair, basuhi lereng curam,
menyusuri mata hati yang lama kering merentang,
isi pundi-pundi sang musafir di oasenya.

Andai ia tahu,
mungkin ini bukan sebuah igauan sang pemabuk,
dari berbotol-botol kekosongan mimpi yang berlubang.
Tarian ku lincah dengan sayap-sayap patah.
Bumi usil tanah tiada landai.
Ahh....jiwaku adalah gempa yang mengabarkan racau.
Jangan tatapi aku dengan sinar tajam dari atap berlubang.
Biarkan angin membawa bisik ku di antara
buluh-buluh yang saling cemburu.

Andai ia tahu,
aku adalah anak sang waktu.
Pagi adalah kesadaran yang celikkan matamu,
aku nuzumkan embun basuhi asamu.
Malam adalah peraduan kasih setiamu,
aku selimuti engkau dengan pekat cinta
setiada sinar kebohongan di langit hitam
kita warnai malam dengan garis-garis keabadian.

Andai ia tahu,
kata itu belum pernah terucap,
tapi mulutku telah membauinya.
Dan aku hanya bisa menatap,
sang bulan di dalam botol arak

26 November 2002, 23.40 wib.

No comments: