Thursday 24 April 2003

Sebuah Kesetiaan

.....masa berkabung, saat ku berduka menuju sukacita,
menatap jejak-jejakMu yang tertatih menuju bukit tengkorak....
secarik catatan di bulan ini:


Sebuah Kesetiaan
: menjelang hari keempat puluh

Pada masa perang Utara dan Selatan di Amerika pada tahun 1861-1865 seorang serdadu Amerika ditangkap dengan tuduhan membelot. Karena tidak bisa membuktikan bahwa dia tidak bersalah, ia divonis dan dijatuhi hukuman mati sebagai pembelot. Seruannya untuk naik banding sampai ke meja Abraham Lincoln. Dan Presiden Lincoln berbelas kasihan kepada serdadu tersebut dan setuju untuk memberi pengampunan.

Serdadu tersebut kembali ke angkatannya dan ikut berperang sampai perang tersebut usai. Namun ia terbunuh di medan pertempuran yang terakhir. Ketika teman-temannya mengangkat tubuh dari serdadu itu, di kantung bajunya ditemukan surat pengampunan yang ditandatangani oleh Presiden. Kata-kata PENGAMPUNAN pemimpinnya begitu DEKAT dengan HATINYA.

Demikian juga seharusnya kita semua sudah mati, namun pengampunan itulah yang telah membawaNya ke kayu salib. Seandainya tentara Romawi tidak ada di sana, seandainya tidak ada pengadilan, seandainya tidak ada Pilatus waktu itu dan tidak ada kerumunan orang banyak, penyaliban yang sama akan tetap terjadi. Seandainya Yesus harus memaku diriNya sendiri ke kayu salib, Ia akan melakukanNya.Karena bukan tentara Romawi yang membunuhNya, bukan juga jeritan orang banyak, melainkan kesetiaanNya kepada kita.

Terima kasih buat kesetiaanMu. Bahkan kesetiaanMu ketika Engkau tergantung di kayu salib. Seharusnya Engkau sanggup untuk turun dari kayu salib itu, namun kesetiaanMu membuat Engkau memilih untuk tetap tinggal di sana. Sampai Engkau berkata “sudah selesai.”

Itu sebabnya kayu salib bukan kebetulan. Engkau menjadi miskin supaya kami menikmati kelimpahan. Engkau disakiti supaya kami disembuhkan. Engkau menanggung rasa malu supaya kami menerima kemuliaan. Engkau dihukum supaya kami menerima pengampunanMu. Engkau dijadikan dosa oleh dosa kami supaya kami dibenarkan oleh kebenaranMu. Engkau menjalani kematian supaya kami menerima kehidupan.

Atas dasar apa ya Tuhan sehingga Kau mengasihi kami, adakah sesuatu dalam diri kami yang begitu berharga, sehingga Kau rela memberikan hidupMu untuk menebus setiap kami?

Begitu berharganya hidup kami di mataMu, ya TUHAN.


taken from : Jeffry S Tjandra, Live Worship Recording

No comments: