Thursday 2 June 2011

Pancasila di hati seorang PKI

Soemarsono
 Pancasila di hati seorang PKI ini lebih bergelora dan ruhnya menyala-nyala :

"Lima Sila ini kalau disatukan menjadi kepal akan menjadi tinju untuk meninju imperialis, lawan-lawan bejat, lawan-lawan kemerdekaan, penjajah yang menjajah Indonesia. Ini kepal rakyat Indonesia yang bersatu!"

(Cuplikan pidato Soemarsono, pimpinan Pemuda Republik Indonesia dan kader Partai Komunis Indonesia (PKI) ilegal pada tanggal 21 September 1945 di tengah RAPAT SAMUDERA yang dihadiri 150 ribu massa Marhaen di Stadion Tambaksari. Dikutip dari Buku Revolusi Agustus, Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah, penerbit Hasta Mitra, 2008, hal. 37)

Soeharto memandulkan ruh Pancasila dengan menyatakan PKI dan organisasi yang menentang kebijaksanaannya selama Orde Baru berkuasa sebagai penentang Pancasila. Padahal :


1. Perdebatan sengit dengan dua kelompok lainnya sekitar dasar ideologis negara dalam Konstituante berlangsung dalam dua babak dari 11 Nopember hingga 7 Desember 1957, PKI (60 suara) mendukung Pancasila sebagai Dasar negara bersama PNI [116 suara], IPKI [8 suara], GPPS [5 suara], Parkindo [16 suara], Partai Katolik [10 suara]. Begitu pula golongan-golongan yang berafiliasi pada Partai Komunis, seperti Republik Proklamasi [20 suara] dan Acoma [1 suara]. Juga didukung oleh PSI yang beraliran sosial-demokratis [10 suara], dan fraksi yang terdiri dari minoritas Cina, Baperki [2 suara].

2. Organisasi massa menentang Soeharto karena akhirnya sejarah mencatat, bahwa Pancasila yang awalnya dilahirkan Ir. Sukarno untuk memerangi imperialisme dan kolonialisme, berdistorsi menjadi alat yang digunakan Suharto untuk tanpa keadilan mempersilahkan datangnya penjajahan gaya baru selama 32 tahun dan tanpa kemanusiaan menghabisi lawan-lawan politiknya.

Trauma terhadap Pancasila sejatinya disebabkan oleh mega proyek de-Sukarnoisasi Orde Baru. Taktik Orde Baru ini pun bukan tanpa alasan yang strategis, mengingat betapa kuatnya persatuan antara kaum kiri bersama Ir. Sukarno menjelang 1965. Pada masa itu kaum kiri adalah pendukung sejati Ir. Sukarno, karenanya untuk melumpuhkan politik Ir. Sukarno, kaum kiri harus dipisahkan darinya dan dihabisi terdahulu. Barulah Ir. Sukarno menjadi lemah dan mudah digulingkan, setelah terlebih dahulu diisolasi dari rakyat yang menjadi energi perjuangannya sejak muda.

Dengan perkataan lain, Pancasila yang akan kita amalkan harus memiliki semangat anti penjajahan, anti penghisapan manusia atas manusia ataupun penghisapan bangsa atas bangsa, semangat pembebasan nasional menuju cita-cita sosialisme Indonesia seperti digariskan oleh Pembukaan UUD 1945.

Sekilas tentang Soemarsono :
- Hanya Bung Tomo yang diingat, padahal Soemarsono adalah pemimpin perlawanan rakyat Surabaya 1945. Ia dilupakan. (klik : bedah buku peristiwa 10 november 1945 soemarsono di garis depan rosihan anwar di garis belakang)

- Ia dilupakan oleh sejarah Orde Baru, karena ia oleh laporan Soeharto dianggap sebagai motor peristiwa Madiun 1948. (Klik  Soemarsono : Kami Tidak Memberontak (tempointeraktif.com)

Sumber bacaan :

No comments: