"..Kalau kita tidak bisa menyelenggarakan sandang-pangan di tanah air kita yang kaya ini, maka sebenarnya kita yang tolol, kita yang maha tolol" (Bung Karno Pidato Konferensi Kolombo Plan di Yogyakarta, 1953.
Dalam sebuah puisinya, Bung Karno menuliskan, "Wahai engkau rakyatku, saudara sebangsaku, putra-putri dan sahabatku. Aku ingin mengajakmu mendengarkan lautan membanting di pantai bergelora. Aku ingin mengajakmu melihat awan putih berarak di angkasa. Aku ingin mengajakmu mendengarkan burung perkutut di pepuhunan. Aku ingin mengajakmu mengetahui lebih dalam bagaimana aku melihat Indonesia."
Ya, bagaimana Bung Karno melihat Indonesia. Dan kini kitapun dapat bertanya bagaimana pemimpin ini melihat Indonesia? Bagaimana wakil rakyat melihat Indonesia? Bagaimana kita rakyat ini melihat tanah tumpah darah kita?
Bung Karno mengajak masyarakatnya mengikuti keperduliannya. Tentu yang bisa berkata seperti ini adalah ia yang telah melakukan. Kakinya resah hingga mendapatkan Sarinem di pojok waktu yang berada dalam deru perjuangan. Maka dari mulutnya kegeraman itu lahir, saatnya bangsa ini harus kembali bangkit, mental budak itu harus lenyap, ini negeri penuh kesuburan, penuh bahan tambang. Saatnya kita harus bangkit di tanah sendiri, berdikari. Dan kita merdeka bukan karena ketololan kita, tapi karena perjuangan kita.
“Rakyat padang pasir bisa hidup , masa kita tidak bisa hidup! Rakyat Mongolia (padang pasir juga) bisa hidup, masa kita tidak bisa membangun satu masyarakat adil-makmur gemah ripah loh jinawi, tata tentram kertaraharja, di mana si Dullah cukup sandang, cukup pangan, si Sarinem cukup sandang, cukup pangan? Kalau kita tidak bisa menyelenggarakan sandang-pangan di tanah air kita yang kaya ini, maka sebenarnya kita yang tolol, kita yang maha tolol”. (Bung Karno Pidato Konferensi Kolombo Plan di Yogyakarta, 1953.)
Hal ini masih berjalan, jutaan pengangguran, jutaan "Sarinem" mencari makan di negara-negara padang pasir, dan ketololan masih mendarah daging di negeri kita.
Ketololan para pemimpin yang tak becus menjalankan amanat penderitaan rakyat. PEMIMPIN YANG TAK TAHU, BAGAIMANA CARA MELIHAT INDONESIA SEBENARNYA.
Edisembiring2011
Judul Foto : "Ketika Bung Karno tengah menyapa dan bercakap-cakap dengan seorang "Sarinem", rakyat yang dicintainya dan diperjuangkannya."
Koleksi : Dok. Kel, Pranenda Prabowo
No comments:
Post a Comment