Monday 14 July 2003

Doa Seorang Sekuler

Ketika diam, hening berbicara. Dan waktu melukis suasana, memikat gelap untuk mampir tanpa curiga....

Kau nyalakan lilin
Menari-nari beralas raga. Berpendar, meliuk-liuk. Tumbuh menghirup dera untuk masa yang mulai berjalan, sedikit bergegas. Berkemas nafas lalui simpang-simpang yang menitip sejuta bisik. Pintu-pintu zaman telah terbuka, nyata terbaca berkabut tafsir. Tak sulit mengeja, tinggal logika mengendus mana.

Lilinpun mulai mencair
Mengalir membanjiri. Waktu telah durhaka, tak mau berpaling pada lalu. Terbajak mencetak petak-petak kabar. Goresan zaman yang kita titipkan keringat, terkadang ada mimis. Jika dulu ada dinosaurus dan sekarang badak, apakah kita bangga sekedar dari monyet menjadi manusia? Mari mencetak sejarah bukan menanti titipan nisan. Tembok tirani pun perlu mata, jiwa kita dipasung. Ia perlu kata, jerit-jerit digoreskan dengan gigi-gigi menganga. Ia perlu warna..... darah, kita benturkan logika untuk meruntuhkannya.

Lamat-lamat mengecil. Dan mati.
Senyap kembali berselingkuh, setelah Kau jentikan nafas menjauh. Semoga tidak siulan usilMu. Bersabar untuk waktu yang tiada bersahabat. Mungkin bukan detik ini, tapi aku yakin Kau masih punya lilin-lilin lain yang akan Kau nyalakan untuk teman menulis nasib-nasib manusia yang mengais.

Kalimatuka tunirul tariai,
alleluia
Kalimatuka tifirul hayati,
alleluia
sabdaMu jadikan semangat hidupku
amien


13julii2003

No comments: