Monday 22 November 2010

Indahnya Persahabatan Pak Uztad dan Pak Pendeta

Seorang pendeta sedang melakukan perjalanan dengan bus. Karena bus telah nyaris penuh, Pak Pendeta mendapat tempat di bangku belakang, di dekat pintu masuk. Dalam posisi duduknya tersebut Pak Pendeta bisa memperhatikan setiap penumpang yang naik.

Di sebuah halte, bus berhenti. Naiklah seorang uztad. Seraya sedikit mengangkat bagian bawah sarungnya dan menapakkan salah satu kakinya ke tangga bus Pak Uztad berkata, "Bismillah...."

"Ehem!" Pak Pendeta mendehem. "Ini mah bis kota, bukan bismillah..."

Dengan hati mendongkol Pak Uztad masuk ke dalam bus. Tapi sepanjang perjalanan ia berpikir-pikir mencari cara untuk membalas Pak Pendeta.

Begitulah, ketika bus memasuki sebuah daerah, turunlah hujan lebat disertai petir sambar-menyambar.

"Glegar!" tiba-tiba terdengar bunyi petir yang sangat keras. Semua penumpang bus terkejut.

Dalam keterkejutannya Pak Pendeta berseru, "Haleluya!"

"Ehem!" Pak Uztad mendehem. "Itu mah halilintar, bukan haleluya...."

----------

Pak Uztad dan Pak Pendeta ternyata turun di tujuan yang sama. Hanya saja ketika itu hujan sedang turun dengan lebatnya dan jalanan banjir. Karena kasihan melihat Pak Pendeta yang memakai jubah panjang, maka Pak Uztad menggulung kain sarungya sampai ke lutut serta menawarkan untuk menggendong Pak Pendeta. Lalu berjalanlah Pak Uztad menuju teritisan sebuah toko dengan Pak Pendeta bergelayut di belakang punggungnya.

"Wuah, wuah, wuah," kata Pak Pendeta dengan tiba-tiba.

"Ada apa, Pak Pendeta?" tanya Pak Uztad dengan keheranan.

"Baru sekali ini pernah terjadi, ada pendeta naik haji...."

Pak Uztad diam saja seraya memusatkan perhatian untuk melangkah di air. Tapi karena air yang cukup tinggi dan keruh, Pak Uztad tidak menyadari bahwa satu kakinya terperosok ke sebuah selokan. Dia kehilangan keseimbangan dan-byur--terjatuhlah Pak Pendeta dari gendongannya ke air.

"Wuah, wuah, wuah," kata Pak Uztad.

"Ada apa, Pak Uztad?" tanya Pak Pendeta--yang sudah basah kuyup--dengan keheranan.

"Baru sekai ini pernah terjadi ada uztad membaptis pendeta"

---------

Kemudian mereka--sang pendeta dan uztad--melanjutkan perjalanan dengan kereta api malam. Mereka duduk bersehadapan dengan dengan seorang atheis, yang terlebih dulu ada di sana.

Di tengah perjalanan lampu listrik padam, ada sedikit gangguan tekhnis. Karena tak lama kemudian lampu kembali menyala, mereka bertiga pun lega.

Sang Pendeta membuka pembicaraan. "Uztad, apa yang Anda lakukan ketika lampu padam tadi?"

"Saya berdoa kepada Allah, memohon agar lampur segera menyala," kata Uztad. "Kalau Anda?"

"Sama. Saya juga berdoa kepada Tuhan saya agar kita lepas dari derita kegelapan. Dan terkabul!" jawab pendeta.

"Lalu apa yang Anda lakukan?" tanya Ustad dan Pendeta hampir serentak kepada Sang Atheis.

"Oh, saya tadi yang memperbaiki lampu," jawabnya.

1 comment:

soap4fun said...

hehehe.. itu yg bikin manusia jadi agnostik