Saturday 14 September 2002

Bayi kita mati

Saat ini, hari begitu lama dan panjang berjalan,
Tidak seperti dulu lagi kawan,
ketika bayi revolusi telah bergeliat di kandungan,
Kita menjaganya, penetrasi kita menyuburkan rahim harapan jelata
bukan impian kaum semusim, gejolak itu telah membunting, menggunung
Perut telah lama berisi tanah, cacing-cacingnya sangat gemuk
tapi tinja kita sangat bau, nafas sangat busuk
Kerajaan angin sungguh terusik, menaranya menebar wangi
membaui udara dengan segala kebohongan, sungguh harum

Saat ini, hari begitu lama dan panjang berjalan,
Tidak seperti dulu lagi kawan,
ketika bayi revolusi masih di kandungan, geliatnya mulai lemah
Tubuhnya tak lagi memerah, tangannya bukan lagi terkepal, kakinya tak mampu menerjang
Sampai saatnya tinja terlalu banyak teronggok di depan istana, di jalanan
anjing-anjing itu menghabiskannya, sangat buas, liar mencari mangsa
Bayi kita tak berteriak, ia diam
Darah membanjiri, revolusi mati
Revolusi aborsi

Kawan, bayi itu sungguh lemah
Mungkinkah penetrasi kita tak punya gairah, tak punya jiwa
Atau kita kaum penghayal, revolusioner pingitan
ini dosa kita, sebuah kutukan dari jaman keemasan dulu

Kawan,
Walau bayi itu kelak lahir,
Ibu pertiwi sudah tak punya susu lagi,
Dadanya telah rata, mungkin ia akan mati muda
Karena negeri ini telah lama digadaikan


11 September 2002

No comments: