Saturday 28 September 2002

Nyanyian semut pekerja

Remahan beronggok-onggok bertimbun,
dikelilingi tarian tetesan-tetesan liur
Keringat tak mampu meluberkannya, utuh harus dijamah
Tiada suara, senyap, kaki dan tangan tak lelah
otak tak perlu dipintal, berpikirpun tak sempat
Pecut dan senyum sangar jilati wajah-wajah keras,
kaku terpancar...

Kapan semi berakhir, berganti dingin di bawah lubang-lubang kelam
tapi barisan belum terpencar, cahaya itu hanya di satu titik
ujung sebuah perjalanan curi masa yang menjepit
Hidup dan waktu sama berdenting
nyaring sungguh menyakitkan...

Suara perut tak lebih menggelegar,
istri dan anak bukan binatang peminta
Lautan keringat tak mampu sekedar basahi bibir mereka
atau hentikan mimik belas di muka pintu
Pagi dan senja bagai neraka dan kubur
sungguh terpasung.....

Barisan masih panjang, di batasan cakrawala yang terbentang
Memanggul remahan yang beronggok-onggok milik sang tuan
di tiap detik, hidup masih dikungkungi kumpulan onak marah
di tiap detik mereka masih bertanya-tanya
Bertahan atau mati!

No comments: