Monday 13 September 2010

Orang Asing

Di kulit tubuh itu ia temukan sebentuk gambar biru, dan orang asing itu berkata, “Aku pernah melupakan seseorang, tapi aku tak tahu setiap orang melupakan seseorang.”(ORANG ASING , Goenawan Mohamad, 2001).
pregnant women by Bridget (http://www.ncdv.org.uk/artsevent.html)
Orang asing itu hadir di sebuah sore, saat aku terburu-buru menutup kitab keraguan. Kuberi tanda pembatas padanya, sembilu yang memerah. Seperti senja yang lamat-lamat tenggelam, akupun gegas berkemas dan mencampakkan buntelan kabar lalu ke dalam rongga waktu yang terbelah seketika.

Orang asing itu selalu mengirimku sepotong fajar, bersama senyum di sudutnya. Dan aku merasakan sebuah kebangkitan, cakar-cakar lemah yang ingin mencari dahan yang kokoh untuk bertahan dari badai yang kian menerjang. Ia mampu menjadi perisai yang memelukku, menahan jutaan tombak yang rakus mencari mangsa.

Orang asing itu tak saja hadir di hatiku, tapi juga di kamarku. Ruang-ruang dingin kami hangatkan bersama canda, memancing laba-laba keluar dari sarangnya. Kami pindahkan gurun yang panas ke kamar ini, lalu kami berfartamorgana. Mencari oase-oase tak berpemilik, lalu kami curi dan sembunyikan. Hingga para musyafir sesat mencari Tuhannya.

Orang asing itu bukan lagi menjadi asing, walau kurasakan ada benda asing yang telah memasuki tubuhku. Ketika ia telah mengetuk hatiku dan memasukinya, ia juga mengetuk tubuhku. Kami menyalakan api unggun, mengusir keraguan. Dan tiang nyalanya menguasai ruangan, hingga kami tak lagi harus membungkus diri bersama logika. Cinta kami memerah.

Di waktu yang mulai tak lagi asing, ia menjadi kabar yang bergema di lorong-lorong panjang. Saat aku memanggilnya, gelap kian pucat dan ratusan kelelawar menyelamatkan diri. Lari dari murkaku. Lalu aku buka tingkap-tingkap langit dan kubakar doa-doaku. Asapnya menggetarkan langit, hingga hujan turun sepanjang musim. Membasahi pipiku dan tanah yang memerah. Gundukan cinta kami yang bernama nisan.

Di sudut kamar, aku merajut waktu. Belajar pada kesabaran sang laba-laba. Kami bersembunyi dalam kesunyian, tak saling menyapa. Sepertinya ia tersenyum padaku saat aku tak lagi terpaku pada hening yang lupa memberi nama. Dan aku harus sekian bulan lamanya berselimut dingin dalam kealpaan lalu.

Orang asing baru itu kini diam-diam hadir. Bukan di kamarku. Bersama tubuhlu yang kian memberat, aku mengandung anaknya. Anak kami. Orang asing baru yang akan menemani hariku walau mungkin akan menjadi tatapan sinis bagi mereka di luar sana.

Wahai Orang Asingku, aku akan pelihara dia dalam keterasingan sikap orang-orang yang mengasingkan diri dari ke alpaan.

sumber gambar klik

No comments: