Aku adalah Lautan Kata


Aku adalah lautan kata, kubangan mimpi yang mencari jejak mu
pada lukisan tapak kaki yang ditelan oleh gelombang nakalku.
Sejuta tanya akan mu masih meninggalkan doa-doa
Atau kini mungkin ketakutan untuk mati muda
oleh hujan tombak bagai titik-titik sinar di seberang kegelapan.
Mari bercerita akan tangis yang menyelimuti daratan.
Tanah merekah membelah, liang-liang kubur yang merindu.
Jahanamlah jasad tak bernisan.

Aku adalah lautan kata, kubangan sampah dari daratan.
Sumpah serapah bagai buih ocehan alun dari selatan.
Onggokkan sisa-sisa hidup yang tak lagi terberi ruang.
Ketika pasang dan surut masih bersahabat,
mengapa kau tak beri damai yang dulu menjadi santapan.
Biarlah dunia binasa oleh kutukan damaimu,
bukan kebinatangan yang melahirkan manusia-manusia baru.
Karena setan telah lama berganti kelamin,
tidakkah kau tahu itu?

Aku adalah lautan kata, jajaran membentang di sepanjang waktu
tepian yang tak lagi mampu memiliki sebuah harapan.
Dari sini aku bersaksi akan kota-kota yang terbakar,
akan asap-asap hitam perangsang nafsu sang nazar,
akan jerit dan tangis mengalir bersama sungai.
Di langit tak ada lagi kerlap-kerlip rasi sang bintang,
hanya gelap, sekelam benak anak manusia yang dinaunginya.

Ketika camar masih terus tertawa dan nyiur memberi salam perpisahan.
Sang lanun hanya menjadi teman,
saksi bagi bulan yang bugil mematut diri
Dan aku masih tetap hanya lautan kata, yang bercermin pada kealpaanku,
mencari kasih yang lama menguap
milikmu, tuhan.

14 november 2002