Monday 21 March 2011

Tentang Gusti Nurul, dari Soekarno Hingga Sjahrir

Gusti Nurul

"Tulisannya jelek," kata wanita tua itu, seraya tersenyum kecil. Wanita tua yang kini berumur 89 tahun itu mengakui bahwa hubungan mereka lebih banyak melalui korespondensi. Ia masih bisa membaca kisah masa lalunya, seperti masih bisa dijumpai guratan cantiknya saat ia muda di bibir yang tersenyum. Dan candanya menyiratkan bahwa ia wanita yang punya hak memilih jalan hidupnya.

Terhantar sebuah kado yang dibeli di Jakarta. Isinya macam-macam, sampai tas dan arloji. Bersamanya juga terlampir sepucuk surat tulisan tangan. Siapakah sang pujaan dan pemujanya?

Menari di Depan Ratu Wilhelmina
Pada tahun 1936, di sebuah ruangan yang megah di bawah sinar lampu yang benderang, terlihat seorang gadis dengan pakaian Jawa menari dengan luwes dan indah. Tak ada peralatan musik yang terjajar. Namun sang penari mampu menari walau dengan diiringi oleh musik gamelan pengiring yang diputarkan langsung dari Keraton Solo melalui radio dengan suara terputus-putus. Bila saat ini bisalah disebut peristiwa itu secara teleconference.

Ratu Wilhelmina mengundangnya datang ke Belanda untuk memeriahkan acara pernikahan putrinya, Juliana, dengan Pangeran Bernard. Saat itu sang penari baru berusia 15 tahun. Namun ia tak hanya mahir menari, ia juga seorang penunggang kuda yang hebat dimana kala itu masih tabu atau tak lazim bagi perempuan. Dan ia juga mahir berenang dan bermain tenis. Sungguh siapakah dia?

Dia adalah seorang putri keraton yang bernama lengkap Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani. Ia adalah putri tunggal pasangan Mangkunegara VII dan Gusti Ratu Timur-putri Sultan Hamengku Buwono VII. Putri keraton ini biasa disapa dengan nama Gusti Nurul, kelahiran 1921. Kecantikannya menjadi buah bibir banyak orang saat itu. Kecantikannya bak Dewi Sumbadra, tokoh yang diceritakan oleh Sunardi DM dalam buku Bharatayudha, dimana digambarkan "Ketampanan manusia di bumi ini dibagi dua, setengah untuk Arjuna dan setengahnya dibagi untuk pria-pria lainnya. Kecantikan wanita di bumi ini juga dibagi dua, setengah untuk Dewi Sumbadra, setengah sisanya terbagi untuk banyak wanita lainnya."

Kekekaguman pada kecantikannya tak hanya jadi kekaguman orang kebanyakan. Gusti Nurul ketika itu juga menjadi buah pembicaraan para pembesar. Ia juga ditaksir mulai Bung Karno sampai Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan juga Kolonel GPH Djatikusumo (Panglima tentara saat itu).

Kekaguman Soekarno pada Gusti Nurul menyebabkan ia mengundangnya ke Istana Cipanas, begitu revolusi usai. Lalu Soekarno memanggil Basuki Abdullah untuk melukis Gusti Nurul. Setelah jadi, lukisan itu pun dipajang di kamar kerja Presiden Soekarno di Cipanas.

Namun Gusti Nurul tak tergoda sama sekali pada mereka. Alasannya sederhana, ia pembenci poligami. Gusti Nurul lah yang memberi inspirasi bagi para pangeran Mataram untuk tidak berpoligami.

"Tulisannya jelek"
Diam-diam saat itu ternyata Sutan Sjahrir juga menaruh perhatian pada Gusti Nurul. Seperti penelusuran Tempointerktif, diketahuil bahwa Sutan Sjahrir pada setiap rapat kabinet yang digelar di Yogyakarta, selalu mengutus sekretaris pertamanya, Siti Zoebaedah Osman, ke Puri Mangkunegaran, khusus mengantar kado yang dibelinya di Jakarta. Bersamanya juga terlampir sepucuk surat tulisan tangan Sjahrir.

Ketika ditemui Tempo di rumahnya di Bandung. Dan ia mengakui bahwa hubungan mereka lebih banyak melalui korespondensi. Menurut Nurul, Sjahrir tidak pernah menemuinya di Istana Mangkunegaran. "Saya ketemu di Linggarjati," kata Nurul, yang ketika itu diundang bersama abangnya, Mangkunegara VIII dan istri, serta ibunya. "Kami nginep di rumah perundingan Belanda-Indonesia."

Selanjutnya mereka bertemu di Jakarta, jika Keraton Mangkunegaran diundang rapat ke Istana Presiden. "Ketemunya juga sebentar-sebentar." Nurul sendiri sudah tak ingat apa yang pernah dibicarakannya dengan Sjahrir. Yang dia ingat, Sjahrir pernah membelai pipi dan dagunya.

Menurut Siti Zoebaedah Osman, Sjahrir pernah melamar perempuan yang pandai menari ini. Muhammad Akbar Djoehana, anak kakak perempuan Sjahrir, Nuning Djoehana, malah mengatakan Sjahrir dan Nurul sudah bertunangan. "Menurut ibu saya, mereka pernah tukar cincin," katanya kepada Asmayani Kusrini dari Tempo.

Nurul membantah cerita ini. "Ndak pernah," katanya. Sejarawan Rushdy Hoesein mengatakan, pacaran Sjahrir dan Nurul berjalan sekitar tiga tahun, sejak 1946.

Namun selain menentang poligami, ternyata ia juga tak siap menikah dengan tokoh politik. Menurutnya resikonya terlalu banyak. Ia belum menemukan pilihan yang cocok hingga usianya beranjak 30 tahun. Tentu usia yang terlalu tua bagi para gadis jaman itu untuk tak menikah. Ini membuat orang bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya mampu menarik hatinya.

Baru pada tanggal 24 Maret 1951, akhirnya terkuak siapa buah hatinya. Ia memilih menikah. Dan yang mampu mencuri hatinya bukanlah seorang pembesar atau tokoh terpandang. Tapi seorang tentara. Dialah Surjo Sularso, seorang kolonel militer, sepupu dari Gusti Nurul sendiri. Ternyata cinta tak harus jauh-jauh mengepakkan sayapnya.

Kolonel Surjo Sularso bukanlah sosok menonjol dalam tubuh TNI. Lulusan KMA Breda 1939 ini hanyalah perwira di belakang meja yang diparkir Nasution di detasemen Kavaleri. Karakternya lembut, dengan tutur kata sopan, khas didikan keluarga aristokrat. Nasution pernah bercerita, saat ada pergeseran di detasemennya, Surjo Sularso protes dengan cara datang dan duduk diam di ruang kerja Nasution.

Di akhir wawancara dengan wartawan Tempointeraktif, Gusti Nurul sempat bercanda, "Tapi, sewaktu dapat suami militer, kok seragam Indonesia enggak bagus, enggak kayak seragam tentara Belanda," katanya sambil tersenyum.

Bukan sanjungan dan nikmatnya hidup jadi bagian kekuasan yang diinginkannya. Gusti Nurul hidup damai hingga hari tuanya dijalani di kota, kota dimana Surjo Sularso pernah menghabiskan waktu menjadi guru bagi Nasution dan Simatupang, menjadi instruktur pada KMA Bandung. Suatu ketika Soerjo Soejarso ternyata pernah menjabat atase militer Republik Indonesia di Amerika Serikat.

Bagaimana dengan Sutan Sjahrir? Sjahrir akhirnya memutuskan menikah dengan Poppy, putri dr. Saleh-dokter keraton, pada tahun yang sama saat Gusti Nurul menikah dengan Soerjo Soejarso.

Putri Dambaan di Lereng Merapi
Untuk menyusuri kisahnya kini telah tersedia sebuah ruangan khusus yang menampilkan keayuan diri dan keteguhan hatinya untuk memilih jalan hidupnya. Kisah yang mungkin mampu bercerita bahwa wanita juga mampu memilih yang terbaik baginya.

Jejak ini membawa kita ke Ullen Sentalu yang terletak di lereng Merapi, utara Kota Yogyakarta sebelum Kaliurang. Di museum itu ada ruangan khusus yang berisi berbagai memorabilia wanita yang ayu dan kuat tersebut.

Museum Ullen Sentalu mulai dirintis pada tahun 1994 dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 1997, yang merupakan tanggal bersejarah bagi kota Yogyakarta. Peresmian museum dilakukan oleh KGPAA Paku Alam VIII, Gubernur DIY pada waktu itu.

Museum Ullen Sentalu memiliki beberapa ruang, yaitu Ruang Selamat Datang, Ruang Seni Tari dan Gamelan, Guwa sela Giri, 5 ruang di Kampung Kambang, Koridor Retja Landa, serta Ruang Budaya.

Ruang di Kampung Kambang terdiri dari lima ruang pamer museum, yaitu: Ruang Syair untuk Tineke, Royal Room Ratoe Mas, Ruang Batik Vorstendlanden, Ruang Batik Pesisiran, dan Ruang Putri Dambaan. Ruang Syair untuk Tineke menampilkan syair-syair yang diambil dari buku kecil GRAj Koes Sapariyam (putri Sunan PB XI, Surakarta) yang ditemukan di suatu ruang di dalam Kaputren Kasunanan Surakarta. Syair-syair itu ditulis dari tahun 1939-1947, oleh para kerabat dan teman-teman GRAj Koes Sapariyam (yang akrab dipanggil Tineke) dikumpulkan sebagai puisi-puisi kenangan. Melalui syair-syair tersebut terungkap kemampuan intelektual dalam seni sastra para putri di balik tembok kraton. .

Salah satu puisi yang menggambarkan kepiluannya karena pria pujaannya tak disukai sang ibunda adalah :

Kupu tanpa sayap
Tak ada di dunia ini
Mawar tanpa duri
arang ada atau boleh dikata tidak ada


Persahabatan tanpa cacat
Juga jarang terjadi
Tetapi cinta tanpa kepercayaan
Adalah suatu bualan terbesar di dunia ini

Selain itu ada sebuah ruang yang bernama Ruang Putri Dambaan. Ruang ini adalah album hidup GRAy Siti Nurul Kusumawardhani. Ruang Putri Dambaan ini diresmikan sendiri oleh Gusti Nurul pada ulang tahunnya ke-81 pada tahun 2002.

Di ruangan ini ditampilkan dokumentasi foto pribadi dari masa kanak-kanak hingga pernikahannya (1921-1951). Melalui foto-foto tersebut tersaji muatan budaya yang bersifat intangible, seperti: ritual-ritual tahapan kehidupan seorang putri kraton beserta segala pernak-perniknya yang merupakan kekayaan warisan budaya Jawa.

Ada satu foto menggambarkan Gusti Nurul sedang menari di pernikahan Putri Juliana yang dilakukan secara ‘teleconference,' sementara sang Ibu masih memberikan aba-aba secara langsung berupa ketukan-ketukan.

Di usia senjanya, Gusti Nurul kini bermukim di Bandung. Nenek dari 14 cucu ini masih meninggalkan kekaguman, sebuah pemberontakan dari kebiasaan kraton yang mengharuskannya kawin saat usia belia. Mengalahkan Tineke yang hanya mampu meratap dan akhirnya harus menerima perjodohan yang dipaksakan. Cerita berakhir di sebuah ruangan putri Dambaan di Lereng Merapi sebagai kemenangan abadi. Dambaan bagi semua pemuda dan pemudi yang menginginkan keayuan dan ketegasan hati dalam memilih jalan hidup.

sumber bacaan klik dan klik

1 comment:

luluka said...

wow...