Monday 21 November 2011

Arti Sebuah Kejujuran

"Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau, sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik-baik.".
Berikut ini adalah cerita masa muda Dr. Arun Gandhi (cucu dari Mahatma Gandhi)
  
Waktu itu Arun masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua disebuah lembaga yang didirikan oleh kakeknya yaitu Mahatma Gandhi, di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika Selatan. Mereka tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga.

Tidak heran bila Arun dan dua saudara perempuannya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.

Suatu hari ayah Arun meminta Arun untuk mengantarkan ayahnya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan Arun sangat gembira dengan kesempatan ini. Tahu bahwa Arun akan pergi ke kota, ibunya memberikan daftar belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, ayahnya juga minta untuk mengerjakan pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.

Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata, "Ayah tunggu kau disini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.". Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayahnya.

Kemudian, Arun pergi ke bioskop, dan dia benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung Arun berlari menuju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayahnya yang sudah menunggunya sedari tadi. Saat itu sudah hampir pukul 18:00. 

Thursday 6 October 2011

Ratna Assan, di Film Hollywood dan Majalah Playboy (1973-1974)


Ratna Assan dan Steve McQueen dalam Film Papillon

Bila Soetidjah yang dikenal Dunia dengan nama Dewi Dja adalah orang Indonesia pertama yang menembus Hollywood antara lain menari atau menjadi koreografer untuk film Road to Singapore (1940), Road to Morocco (1942), The Moon and Sixpence (1942), The Picture of Dorian Gray (1945), Three Came Home (1950) dan Road to Bali (1952). 

Maka anak Dewi Dja bernama Ratna Assan juga bermain di filem Hollywood dan menjadi orang Indonesia pertama yang tampil di majalah Playboy sekitar tahun 1974.

Film yang dibintanginya berjudul Papillon (1973), dengan peran bintang utama Steve McQueen. Ratna berperan sebagai gadis Indian (bernama Zoraima) pacar Papillon (Steve Mc Queen). Dan tentunya sebagai gadis Indian adalah tanpa busana dari pinggul ke atas. Mungkin wajah Indonesianya juga yang membuat menarik. Dustin Hoffman juga bermain dalam filem ini.

Tentu saja adegan ini kena gunting sensor ketika Papillon masuk Indonesia.

~ Cuplikan potongan filem Papillon klik.
~ Wawancara dengan Wimar Witoelar klik 

Dewi Dja, Primadona yang Rindu Pulang


Dewi Dja Menari di depan Claudette Cilbert,
menjelang pembuatan filem "Three Came Home" yang diproduksi 20th Century Fox
Sumber foto : Gelombang Hidupku : Dewi Dja dari Darnella  (Ramadha K.H. halaman 170)



21 AGUSTUS 1982
Majalah Tempo
DENGAN matatuanya, dari atas pembaringan di Rumah Sakit Sumber Waras, Tan Tjeng Bok alias Pak Item hampir tak percaya. Berpuluh tahun lewat, tiba-tiba wanita itu sekarang ada di depan matanya, awal bulan ini. "Engkau masih mengenal saya?", tanya wanita tua itu. Dengan suara lemah terbata-bata, tapi penuh gairah, Pak Item menjawab: "Ya, ya. Engkau adalah Erni."

Matanya berkilat-kilat. Keduanya berpelukan, berurai airmata. "Akhirnya engkau datang juga," ujar Tan Tjeng Bok, 83 tahun, aktor tiga zaman itu yang pernah terkenal sebagai Douglas Fairbanks van Java.

Si Erni adalah Miss Dja alias Devi Dja atau Dewi Dja, kini 68 tahun, yang namanya pernah gemerlapan sebagai primadona grup sandiwara The Malay Opera Dardanella di masa sebelum perang. Pak Item adalah bekas salah seorang teman bermainnya di panggung. Dewi Dja pernah menjadi buah-bibir di kalangan para penggemar sandiwara di banyak kota di Nusantara.

Potretnya sempat menghias beberapa penerbitan waktu itu. Ia pemain sandiwara, penyanyi dan penari. Dewi Dja yang juga pernah dikenal sebagai seniwati di beberapa kota di Asia, Eropa dan Amerika itu sejak 1951 menjadi warga negara AS dan menetap di Los Angeles. Ia tiba 5 Agustus lalu di Jakarta atas undangan Panitia Festival Film Indonesia yang pekan lalu berlangsung di Jakarta.

"Bertemu kembali dengan Pak Item, saya ingat kembali masa muda. Sekarang kami sudah sama-sama tua. Heran juga, kenapa bisa tua ya?", ujar Dewi Dja tertawa. Meskipun rambutnya sudah memutih dan kulit keriput, gerak-geriknya masih lincah. Suaranya juga tetap mantap, bahkan tawanya masih keras dan lepas. Giginya juga tetap rapi dan utuh.

Dewi Dja Mendunia dengan Tarian


Dewi Dja dengan tari kreasinya.
Sumber foto dari buku “Gelombang Hidupku, Dewi Dja dari Dardanella.”


Dewi Dja (dengan nama asli Soetidjah) atau “Bintang Dari Timur” telah dikenal lama oleh negara-negara yang telah dikunjunginya sejak tahun 1930-an. Kemampuannya berakting dan menari mempesona banyak orang. Ia mengelilingi dunia dengan nama Devi Dja and her Bali-Java Dancers —with Native Gamelan Orchestra. Performansinya terdiri dari 14 adegan individual tari Jawa dan tari Bali.

Di Amerika ia membuka sekolah tari. Muridnya kini banyak yang memiliki studio ternama di Hollywood.

Dewi Dja adalah orang Indonesia pertama yang menembus Hollywood. Ia menari atau menjadi koreografer untuk film Road to Singapore (1940), Road to Morocco (1942), The Moon and Sixpence (1942), The Picture of Dorian Gray (1945), Three Came Home (1950) dan Road to Bali (1952).

Ia salah satu dari sedikit orang yang diminta sendiri oleh Ramadhan KH untuk dituliskan biografinya: “Gelombang Hidupku, Dewi Dja dari Dardanella”, diterbitkan Sinar Harapan pada 1982.

Standing Ovations: Devi Dja, Woman of Java adalah riwayat hidup yang disusun oleh Leona Mayer Merrin, terbit pada 1989.


Kisah cintanya juga tertulis di buku Lumhee Holot-Tee – The Life and Art of Acee Blue Eagle, memoar suaminya, seorang seniman Amerika berdarah asli Indian.

Putrinya, Ratna Assan —kelahiran 16 Desember 1954, sempat menjadi pemain pendukung Dustin Hoffman dan Steve McQueen dalam film Papillon (1973).

Di masa awal kemerdekaan Indonesia, Devi Dja sempat bertemu Sutan Syahrir yang tengah memimpin delegasi RI untuk memperjuangkan pengakuan Internasional terhadap kemerdekaan Indonesia di markas PBB, di New York pada tahun 1947. Oleh Sutan Syahrir, dia sempat diperkenalkan sebagai duta kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Amerika. Namanya pun makin dikenal di Amerika, oleh sebab

Akibat kencing salah tempat



Pembrita Betawi, Kemis 9 Februari 1888

Pada hari Senen adalah orang dari seblah Wetan (= timur) dateng kemari, maksoednja aken melihat atawa menjenang hatinja di dalem ini kota, jang amat besar, maka sehabisnja dia berdjalan-djalan laloe brenti sebentar di moeka kantor Palis (maksudnya Paleis = istana, Istana Daendels, sekarang Gedung Departemen Keuangan RI yang di Lapangan Banteng itu), aken melepas aer, maka dia djongkoklah sambil berbalik blakang madep ka koelen ( = barat) dengen tiada menole lagi maka ia terboeroe-boeroe.

Satelah selese pakerdjaannja itoe, laloe disamboet dengen boenjinja lontjeng di kantor Palis, jang ditarik oleh soldadoe djaga, maka ia sanget terkedjoet dan menengok keblakang dimana kliatan gambarnja Jan Pieterzoon Coen jang lagi menoendjoek kebawa dengen memegang pedang, maka orang itoe lantas berkata

"Ja Goesti saja minta maaf dan minta ampoen sebab saja engga liat pada Goesti maka saja trimalah salah, jang saja baliken blakang" kerna pada sangkanja, brangkali gambar itoe masi hidoep.

Begitoelah orang sanget bodoh, dan blon pernah dateng kemari, apalagi melihat barang jang heran.

Asal mula nama Kutang



Pada awal abad ke-19, menutup dada belum jadi kelaziman di Indonesia. Kebiasaan mengenakan kutang diperkenalkan Belanda. Dalam novelnya, Pangeran Diponegoro, Remy Sylado menjelaskan asal-muasal istilah kutang.

Saat itu, dalam proyek pembangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan, Belanda mempekerjakan budak perempuan dan laki-laki. Don Lopez, seorang pejabat Belanda, melihat budak perempuan bertelanjang dada. Dia kemudian memotong secarik kain putih dan memberikannya kepada salah seorang di antara mereka sembari berkata dalam bahasa Prancis: “tutup bagian yang berharga (coutant) itu.” Berkali-kali dia mengatakan “coutant.. coutant” yang kemudian terdengar sebagai kutang oleh para pekerja.

Menanam Senjata




Seorang Aceh dari kabupaten Pidie, menulis surat ke anaknya yang ada dipenjara Nusa Kambangan karena dituduh terlibat GAM (Gerakan Aceh Merdeka).

Bunyinya: “Hasan, bapakmu ini sudah tua, sekarang sedang musim tanam jagung, dan kamu ditahan di penjara pula, siapa yg mau bantu bapak mencangkul kebun jagung ini?”

Anaknya membalas surat itu beberapa minggu kemudian. “Demi Tuhan, jangan cangkul itu kebun, saya tanam senjata di sana,” kata si anak dalam surat itu.

Rupanya surat itu disensor pihak rumah tahanan, maka keesokan harinya setelah si bapak terima surat, dtg satu peleton tentara dari kota Medan. Tanpa banyak bicara mereka segera ke kebun jagung dan sibuk seharian mencangkul tanah di kebun tsb.

Setelah mereka pergi, kembali si bapak tulis surat ke anaknya. “Hasan, setelah bapak terima suratmu, datang satu peleton tentara mencari senjata di kebun jagung kita, namun tanpa hasil. Apa yang harus bapak lakukan sekarang?”

Si anak kembali membalas surat tersebut, “Sekarang bapak mulai tanam jagung aja, kan udah dicangkul sama tentara, dan jgn lupa ngucapin terima kasih sama mereka.”

Pihak rumah tahanan yang menyensor surat ini langsung pingsan.

(sumber : Kitikkitik.com).

Kris Bier



Pabrik pembuatan Kris Bier berada di Amanusgracht (kini Jalan Bandengan Selatan, Jakarta), pada 1932 bernama Archipel Brouwerij. Setahun kemudian dengan produksi 2,5 juta liter setahun, mulai diperkenalkan Anker, Diamant, Kris, dan Munchener Donker.

Ketika Perang Dunia II, pemerintah Hindia Belanda mengoper perusahaan itu, dan mengubah namanya menjadi NV De Oranje Brouwerij. Sesudah mengalami berbagai pergolakan, perusahaan itu akhirnya diambil-alih Pemda Jakarta dan berganti nama: PD Budjana Jaya - Pabrik Bir Jakarta. Kemudian perusahaan ini patungan dengan NV Bier Brouwerij De Drie Hoefijzers (Breda, Belanda).

Mentjelengken Wang


Dengan Mentjelengken Wang Kau terloepoet Dari Kesoesahan



Bill Gates saat bertemu Tuhan




Diduga Bill Gates itu seorang Alien. Tehnologi Komputer sepantasnya hadir 100 tahun lagi, namun entah mengapa ia terdampar di jaman ini ini.

Namun, setelah sekian lama Bill Gates "mencerdasakan dunia," ia meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan. Ia mendapatkan dirinya berada di sebuah tempat api penyucian (dosa).

Tuhan berada di sana dan berkata, "Baiklah, Bill, Saya benar-benar bingung dengan panggilan ini. Saya tidak begitu yakin, apakah saya harus mengirimkan kamu ke neraka atau ke surga. Karena saya lihat, kamu sudah membantu masyarakat dengan meletakkan komputer di setiap rumah hampir di seluruh dunia dan software yang sangat menakjubkan itu. Akan saya perbuat sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Khusus untuk kasus ini, saya akan memberikan kebebasan kepadamu untuk memutuskan dimana kamu ingin tinggal."

Bill menjawab, "Baik, terima kasih Tuhan. Tapi apa bedanya antara surga dan neraka itu?

Tuhan berkata, "Saya mengijinkan kamu untuk mengunjungi keduanya dahulu supaya kamu lebih mudah mengambil keputusan".

"Oke. Kalau begitu, saya coba melihat neraka dulu." Kemudian Bill pergi ke neraka. Ternyata ia melihat bahwa neraka merupakan tempat yang sangat indah, bersih dengan pantai pasir putihnya disertai air yang bening. Dan terdapat ribuan wanita cantik yang berlarian, berenang, bermain air, tertawa riang gembira. Matahari pun bersinar cerah dengan suasana yang sejuk dan nyaman, sempurna sekali.

Bill tampak sangat senang. "Wow, luar biasa!!! Indah sekali di sana!!", katanya kepada Tuhan, "Kalau neraka saja seperti itu, saya ingin sekali melihat surga!"

"Baik," kata Tuhan. Segera mereka pergi ke surga untuk melihat suasana di sana. Bill melihat surga yang berada di tempat tinggi dengan diliputi awan2x. Berlaksa-laksa malaikat sedang bermain harpa dan bernyanyi.

Dia merasa damai melihat suasana di surga tapi dia tidak tampak bergairah seperti ketika melihat neraka.

Bill berfikir sejenak, dan akhirnya mengambil keputusan. "Hmm, saya pikir... saya akan betah tinggal di neraka, Tuhan." Dia berkata kepada Tuhan. "Baiklah, kalau begitu," jawab Tuhan, "sesuai dengan keinginanmu."

Kemudian Bill Gates pergi dan tinggal di neraka. Dua minggu kemudian, Tuhan ingin melihat keadaan sang Jutawan, Bill Gates, ini untuk memastikan keadaannya baik2x saja dan apa yang sedang dilakukan. Ketika Tuhan sampai di neraka, Ia menemukan Bill sedang berada di lorong yang gelap dan berteriak di tengah2x api yang menyala-nyala. Ia merasa terbakar dan tersiksa.

"Bagaimana keadaanmu, Bill?", Tuhan bertanya. Bill menjawab dengan suara yang berat, penuh penderitaan dan tak berpengharapan.

"Sangat mengerikan, Tuhan. Ini tidak sama seperti apa yang saya lihat kemarin. Dimana pantai berpasir putih, wanita2x cantik yang dulu ada di sini itu?? Apa yang terjadi Tuhan??"

Tuhan berkata, "Oh Itu kan hanya screen saver milik setan, Bill!"

Ketika Leopold Singgah di Jawa


Kedatangannya ke Jawa tahun 1923 memberinya kesan mendalam. Komposer Rusia sekaligus pianis legendaris (dan juga penemu Kodachrome untuk dunia Fotografi), Leopold Godowsky, berkata :

“Masuk ke Tanah Jawa membuat kita seolah-olah berada di dunia lain, atau sekelibat melihat dunia yang immortal. Musiknya sangat mengagumkan. Sulit menjelaskan kekaguman ini, sama sulitnya seperti berusaha menjelaskan warna pada seorang tunanetra.”

Dengan mengusung aransemen alat musik piano, beliau menciptakan beberapa deretan (suite) instrumen lagu untuk mendeskripsikan kenangannya selama singgah di pulau Jawa itu. Dan di tahun 1924 karya-karyanya mulai diperkenalkan yang diberi nama: "Java Suite: Phonoramas, Tonal Journeys for piano".

Hingga saat ini, karya beliau itu masih diakui di kalangan musisi klasik Barat. Silahkan mendengarkan pada beberapa list streaming berikut ini :




Java Suite :

1. Java Suite I - Gamelan
2. Java Suite - II. Wayang-Purwa
3. Java Suite - III. Hari Besaar
4. Java Suite - IV. Chattering Monkeys
5. Java Suite - V. Boro Bodur in Moonlight 
6. Java Suite - VI. The Bromo Volcano 
7. Java Suite - VII. Three Dances 
8. Java Suite - VIII. The Gardens of Buitenzorg 
9. Java Suite - IX. In the Streets of Old Batavia
10. Java Suite - X. In the Kraton
11. Java Suite - XI. The Ruined Water Castle at Djokja
12. Java Suite - XII. A Court Pageant in Solo 

Info album klik.

Sumber : Rând Zên.

Malaria, sebuah nama yang keliru




Sesuatu yang keliru yang akhirnya kita sepakati untuk tetap dipakai, baik orang awam maupun ilmuwan.

Nama penyakit malaria berasal dari bahasa Latin yang bermakna : udara buruk. Penyakit fatal ini terlanjur diberi nama demikian karena semula diduga penyebabnya adalah lingkungan udara yang buruk/kotor. Lalu Perancis dan Spanyol, malaria dikenal dengan nama “paladisme atau paludismo“, yang berarti daerah rawa atau payau karena penyakit ini banyak ditemukan di daerah pinggiran pantai.

Sejarah perkembangan malaria hampir sama tuanya dengan sejarah kehadiran manusia di muka bumi. Para ahli memperkirakan bahwa malaria kemungkinan berawal dari Afrika sekitar 12.000 – 17.000 tahun yang lalu. Dari benua ini, malaria kemudian menyebar ke seluruh dunia, terutama di daerah tropis, sejalan dengan sejarah dimulai penjelajahan umat manusia menemukan dan menaklukkan daerah-daerah baru, perdagangan serta sejarah penjualan budak-budak Afrika pada zaman dulu ke Amerika dan daerah-daerah lainnya. Malaria juga sudah dikenal oleh para dokter pada zaman China kuno sekitar tahun 2700 sebelum masehi.

Pertanyaan sekitar penyebab penyakit malaria akhirnya dijawab oleh Ronald Ross, seorang dokter militer Inggris yang bertugas di India pada tahun 1897. Ross berhasil membuktikan bahwa ternyata malaria tidak disebabkan oleh udara kotor tetapi akibat gigitan nyamuk anopheles. Secara teoritis, cukup hanya dengan satu kali gigitan nyamuk anophles seseorang sudah bisa terjangkit malaria, jika nyamuk ini mengadung parasite malaria. Berkat penemuannya, Ross akhirnya memenangkan hadiah Nobel.

Namun nama keliru itu sudah terlanjur memasyarakat di dunia. Karena yang diingat orang adalah akibatnya yang begitu menakutkan. Ia telah menggetarkan dengkul Napoleon bersama pasukannya. Bahkan dalam Perang Dunia I, prajurit Inggris yang mati karena digigit “nyamuk” malaria lebih banyak dari yang mati karena tertembak peluruh musuh.

Tidak hanya sampai di situ, Sandosham (1965), salah satu malarioligist ternama juga menggambarkan bahwa nyamuk dan malaria juga telah mengalahkan banyak raja besar Romawi pada zaman Alexander the Great. Tidak hanya prajurit dan raja, nyamuk dan malaria juga ikut membunuh para Paus, pemimpin agama dan negara lainnnya serta tentunya jutaan umat manusia di seluruh muka bumi.

Pengobatannya kini tak keliru, namun kekeliruan kita mengelola lingkungan membuat nama itu tetap menghantui, karena ketidak mampuan memberikan lingkungan yang bersih.

Sungguh yang terjadi, nama keliru untuk sebuah kekeliruan kita mengelola lingkungan.

Tuhan itu Baik kepada Semua Orang



"Tuhan itu Baik kepada Semua Orang."
Ucapan yang menyejukan hati di sebuah iklan di dekat pintu selamat datang.
~Sendang Sono, Yogya, 2011

Thursday 28 July 2011

Amir Hamzah pada Gelombang Revolusi



Amir Hamzah (lukisan pena Dede E. Supria). Gambar : Buku “Amir Hamzah Pangeran dari Seberang

“Raja telah jatuh, rakyat berkuasa! Raja telah jatuh, rakyat berkuasa!”
“Rakyat menjadi hakim! Hidup rakyat! Musnahkan kaum bangsawan!”

4 Maret 1946, seruan-seruan itu terdengar riuh di Istana Binjai. Kala itu, sekelompok pemuda menyeruak masuk ke halaman istana. Mereka menuntut agar bendera kerajaan yang bersanding dengan bendera merah putih, diturunkan. Lagu “Darah Rakyat” berkumandang. Suara para pemuda itu membahana. Senja koyak.

Tengku Amir Hamzah, Bupati Binjai dari Indonesia yang juga menantu Sultan Langkat sekaligus petinggi negara Langkat, membiarkan barisan “wakil rakyat” merusak ruangan istana kerajaan. Meski terjadi kerusakan, hari itu tidak ada penganiayaan.

“Tinggallah buah hati Entu (ayah). Baik-baiklah dan jangan nakal!” begitu ucap Amir kepada Si Kuyung kala laskar pemuda menjemputnya.

Amir diciduk oleh Laskar Pesindo pada 7 Maret 1946 dengan mobil pick up. Berbaju kemeja putih lengan panjang, ia sempatkan melambaikan tangannya pada orang-orang yang ingin menyalaminya di jalan. Bersama tahanan lain, Amir dikumpulkan di Jalan Bonjol, Binjai, lalu dikirim ke perladangan Kuala Begumit untuk menjalani hukuman.

Di Kuala Begumit, pakaian Amir dilucuti, diganti dengan celana goni. Para tahanan diperintahkan menggali lubang; lubang kuburan mereka sendiri.
Satu demi satu para tahanan ditutup rapat matanya. Tangan diikat kuat ke belakang.

Sang algojo ternyata tak lain adalah Mandor Iyang Wijaya, pelatih kesenian dan silat kuntau di Istana Langkat, yang juga merupakan kesayangan Amir. Sebelum melakukan eksekusi, ia mengabulkan permintaan terakhir Amir. Amir hanya meminta dua hal. Pertama, ia meminta tutup matanya dibuka karena ingin menghadapi ajalnya dengan mata terbuka. Kedua, Amir meminta waktu untuk salat sebelum hukuman dijatuhkan. Kedua permintaan Amir ini dikabulkan.
Usai salat, Sang Pujangga pun menerima ajalnya. Ia pergi menghadap sang Khalik dalam usia 35 tahun. Kepalanya putus.

Pada November 1949, penggalian kuburan massal di Kuala Begumit dilakukan. Satu di antara beberapa lobang yang digali, selain berisi kerangka manusia, ditemukan sebentuk cincin emas bermata nilam, warna bunga kecubung, dan seuntai jimat dari benda timah milik Amir. Dalam pemeriksaan di pengadilan, Mandor Iyang Wijaya, juga mengaku telah melakukan pemancungan atas leher puluhan manusia di Kuala Begumit, termasuk di antaranya pujangga Amir Hamzah.

Dari Medan, kerangka Amir pun dibawa ke Tanjungpura, disemayamkan di rumah rendah Rantau Panjang dan dikebumikan selayaknya menurut agama Islam di samping Masjid Azizi, Tanjungpura, Langkat, dekat makam ibu bapaknya.

Amir Hamzah sebenarnya telah mendengar rencana penyerbuan itu, dari kakaknya, Tengku Noyah, namun ia berkata :

Wednesday 20 July 2011

Tuhan Tersenyum Saat Profesor dan Mahasiswa Berdebat Tentang DiriNya.

 

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.

“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi.

“Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan”.

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”

“Tentu saja,” jawab si Profesor,

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”

Friday 15 July 2011

selamat pagi tuhan



selamat pagi tuhan.
sudah kusiapkan segelas teh hangat untukmu.
airnya aku kumpulkan dari tetes-tetes tangis kami, dan aku tambahkan senja kemerahan di mata yang tak lagi tegak menatap kata-kata di kitabmu.

seperti biasa, aku tahu kau tak suka teh yang terlalu manis dan terlalu hambar.
cukup aku tambahkan saja setengah sendok doa, lalu tubuh bekerja untuk menyatukannya.

selamat pagi tuhan, salam buat Adam yang telah menghantarkan kami keluar dari Tamanmu.

edisembiring2011

Aku mencari tuhan tanpa kartus pos.




sebuah pesan di pintu mesin pendingin makanan. 
tuhan pagi ini sengaja tak membangunkanku, ia hanya menempelkan secarik kertas :

"ketika kau membaca ini, engkau telah terbangun."


lalu aku menuju meja makan, perut begitu lapar. ketika aku membuka tudung saji, aku berharap tuhan telah memasakkanku sepiring nasi goreng. dan aku dapatkan, secarik kertas di atas piring. tertulis, "ketika kau membaca ini, kau sudah kenyang."

di pintu lemari, akupun melihat sebuah kertas kecil, "ketika kau membaca ini, hatimulah pakaianmu yang terindah." aku tahu, baju-bajuku telah membusuk di pojok kamar mandi.

Wednesday 6 July 2011

Pram dan Maria di Beranda Belakang Rumah Kaca


Pram dan Maria (polesan oleh edisantana)
Pram dan Maria (polesan oleh edisantana)
Banyak orang mengutip kalimat berikut sebagai sebuah kata-kata bijak yang disukai, disenangi, penyemangat hidup hingga menjadi kalimat yang melahirkan sikap Revolusioner. Kata-kata ini tertulis di halaman terakhir novel Rumah Kaca (Tetralogi Buru) karangan Pramoedya Ananta Toer. Kata-kata tersebut adalah :

“Deposuit Potentes de Sede et Exaltavat Humiles”

yang diterjemahkan oleh orang banyak sebagai :
“Dia rendahkan mereka yang berkuasa dan naikan mereka yang Terhina.”

Kalimat ini juga ada di dalam Alkitab yaitu di :
Luke 1 : 52 : Deposuit potentes de sede, et exaltavit humiles

atau :
Lukas 1:52 : Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah.

Sementara itu di dalam Kidung pujian Magnificat (juga disebut Nyanyian Pujian Maria) kalimat itu ada juga disebutkan. Kidung ini diambil dari Injil Lukas (Lukas 1:46-55) yang tersisip di tengah naskah prosa. Nama Magnificat diambil dari kata pertama kidung tersebut dalam versi Bahasa Latinnya.

Bahasa Yunani Koine:
Μεγαλύνει ἡ ψυχή μου τὸν Κύριον καὶ ἠγαλλίασε τὸ πνεῦμά μου ἐπὶ τῷ Θεῷ τῷ σωτῆρί μου,
ὅτι ἐπέβλεψεν ἐπὶ τὴν ταπείνωσιν τῆς δούλης αὐτοῦ. ἰδοὺ γὰρ ἀπὸ τοῦ νῦν μακαριοῦσί με πᾶσαι αἱ γενεαί.
ὅτι ἐποίησέ μοι μεγαλεῖα ὁ δυνατός καὶ ἅγιον τὸ ὄνομα αὐτοῦ, καὶ τὸ ἔλεος αὐτοῦ εἰς γενεὰς γενεῶν τοῖς φοβουμένοις αὐτόν.
Ἐποίησε κράτος ἐν βραχίονι αὐτοῦ, διεσκόρπισεν ὑπερηφάνους διανοίᾳ καρδίας αὐτῶν·
καθεῖλε δυνάστας ἀπὸ θρόνων καὶ ὕψωσε ταπεινούς, πεινῶντας ἐνέπλησεν ἀγαθῶν καὶ πλουτοῦντας ἐξαπέστειλε κενούς.
ἀντελάβετο Ἰσραὴλ παιδὸς αὐτοῦ, μνησθῆναι ἐλέους, καθὼς ἐλάλησε πρὸς τοὺς πατέρας ἡμῶν, τῷ Ἀβραὰμ καὶ τῷ σπέρματι αὐτοῦ εἰς τὸν αἰῶνα.

Bahasa Latin (Vulgata):
Magnificat anima mea Dominum
Et exultavit spiritus meus in Deo salutari meo.
Quia respexit humilitatem ancillæ suæ: ecce enim ex hoc beatam me dicent omnes generationes.
Quia fecit mihi magna qui potens est, et sanctum nomen eius.
Et misericordia eius a progenie in progenies timentibus eum.
Fecit potentiam in brachio suo, dispersit superbos mente cordis sui.
Deposuit potentes de sede et exaltavit humiles.
Esurientes implevit bonis et divites dimisit inanes,
Suscepit Israel puerum suum recordatus misericordiæ suæ,
Sicut locutus est ad patres nostros, Abraham et semini eius in sæcula.

Bahasa Indonesia (Alkitab Terjemahan Baru Lembaga Alkitab Indonesia) :
Jiwaku memuliakan Tuhan,
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.
Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya,
seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.

Magnificat di antara segala anak bangsa
Pada era 1980-an, para diktator di Guatemala melarang keras pembacaan Magnificat di depan umum karena mengandung nada revolusioner. Sementara itu di Nikaragua, Magnificat merupakan doa favorit di kalangan petani dan kerap dibawa ke mana-mana sebagai jimat. Selama tahun-tahun kekuasaan Dinasti Somoza, para campesinos (petani atau buruh tani) diwajibkan membawa-bawa surat bukti bahwa mereka telah memberikan suaranya bagi Somoza sehingga dokumen tersebut disindir dengan julukan Magnificat.

Tafsiran singkat Magnificat (Lukas 1:46-55)
Menurut Stanley Jones : “Magnificat adalah dokumen paling revolusioner di dunia.”

Ada 3 tindakan revolusioner yang terdapat dalam magnificat ini :
- revolusi moral :
“… sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya.” ; “…mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya.” [ay.48a&51b]
- revolusi sosial :
“Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;” [ay.52]
- revolusi ekonomi :
“Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa” [ay.53]

Terlihat kental akan spirit pemberontakan Maria dalam Magnificat (Magnificat Anima Mea Dominum atau Jiwaku Memuliakan Tuhan). Doa ini menjadi ringkasan iman dan kepercayaan Maria pada Tuhan. Dan dalam Women’s Bible Commentary, penulis Jane Schaberg ada mengatakan bahwasannya Magnificat adalah sebagai nyanyian pembebasan, baik pembebasan personal, sosial, moral, maupun ekonomi. Schaberg juga mengatakan, ini merupakan catatan revolusioner dari jiwa seorang bernama Maria
Cover novel Rumah Kaca oleh Pramoedya Ananta Toer
Cover novel Rumah Kaca oleh Pramoedya Ananta Toe

Di sebuah sore di beranda belakang Rumah Kaca
Dan dalam Magnificat atau Kidung Maria, Pram menemukan kalimat Deposuit potentes de sede, et exaltavit humiles yang membuatnya terpukau hingga harus menutup isi novel dengan menuliskannya di halaman terakhir di novel Rumah Kaca.

Tapi apapun itu, kalimat itu telah membuat Pram sadar bahwa ada kekuatan yang mampu meRendahkan mereka yang berkuasa dan meNaikan mereka yang Terhina. Kekuatan itu lahir karena Magnificat anima mea Dominum (Jiwaku memuliakan Tuhan), kekuatan itu lahir kalau kita bisa memuliakan jiwa-jiwa anak bangsa pada jalan kebenaran, pada cita-cita bersama. Mari mempersiapkan pemberontakan itu. Seperti pemberontakan Maria yang menginginkan perubahan.

Edi Sembiring