Saturday 12 June 2010

Indonesia di Piala Dunia 1938

Sejarah persepakbolaan negeri ini dicatat dalam buku History of Java yang ditulis oleh Gubernur Jenderal Raffles, yang menyinggung kegemaran kaum pribumi terhadap sepak bola. Berangkat dari permainan bola dari rotan, jeruk bali atau buah kelapa yang dikeringkan. Sementara pada jaman pergerakan, Bung Karno ketika keluar dari penjara Sukamiskin langsung meminta ijin kepada M. Husni Thamrin, sebagai Pembina VIJ – Voetballbond Indonesisch Jakarta – cikal bakal Persija, untuk melakukan tendangan kehormatan dalam pertandingan di sana. Rakyat dan pemimpin negeri ini mempunyai kegemaran yang sama.

Sepak bola adalah suara rakyat, mungkin kalimat ini yang akan bisa menceritakan bahwa sportifitas dan kemampuan menjadi jalan mencapai goal atau tujuan. Ketika semua berharap kepada tim kesebelasannya, merekapun menilai kemampuan permainannya dan tak lupa berharap bola yang didapat mampu digiring mencapai tujuan bersama. Tujuan penonton dan pemainnya.

Mungkin seperti inilah cermin “tim kesebelasan” yang kita daulat menjadi pemimpin negeri ini, namun sayang tak ubahnya dengan tim kesebelasan sepak bola negeri ini yang hanya mempunyai sejarah panjang namun belum mempunyai catatan keberhasilan yang panjang pula. Padahal para rakyat yang merangkap sekaligus penonton sangat berharap sportifitas pemangku kuasa dan “tim” pengkritiknya mampu memberikan gol-gol yang menakjubkan.

Dan hal yang juga tak terduga, dari sejarah lahirnya organisasi persepak bolaan kita yaitu Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang lahir di bulan April 1930, bahwa inilah organisasi olahraga yang pertama menggunakan nama Indonesia dan ini terjadi jauh sebelum Indonesia Merdeka. PSSI menjadi wadah persatuan klub-klub yang pada masa tersebut banyak tersebar di seluruh tanah air. PSSI untuk pertama kalinya diketuai oleh Soeratin Sosrosoegondo, seorang insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa.
Klub SVVB Batavia, 1929

Klub Post Banko, di Sumatera Selatan
Seiring semangat kebangsaan yang tercetus di masa-masa 1920-an, PSSI juga menjadi wadah untuk menyatukan kegiatan sepak bola di nusantara karena sepak bola Indonesia di zaman kolonialisasi terkotak-kotak ke dalam berbagai bond sepak bola lokal. Sehingga semangat kesatuan juga terasa, apalagi bernama persatuan sepakbola Indonesia dan diam-diam sepak bola juga menjadi salah satu alat perjuangan bangsa.

Hingga akhirnya pemerintah kolonial Hindia Belanda mendirikan Nederlandsh Indische Voetbal Unie (NIVU) pada 1936, sebagai bentuk upaya menandingi kekuatan PSSI. Dan bentuk persaingan ini terasa saat menjelang Piala Dunia di Prancis tahun 1938. Maka dibuatlah perjanjian antara kedua pihak untuk mengirim tim perwakilan.

Dari buku berjudul “Tionghoa Surabaya dalam Sepak Bola karangan R.N. Bayu Aji ( Ombak, 2010) di dapatkan sebuah kenyataan :

“Pihak PSSI bersikukuh bahwa wakil di Piala Dunia adalah PSSI bukan NIVU, akan tetapi FIFA mengakui NIVU sebagai wakil Dutch East Indies. Ir. Soeratin (Ketua PSSI saat itu) menolak memakai nama NIVU karena ketika NIVU mempunyai hak, maka dalam penentuan komposisi materi pemain yang menentukan adalah orang-orang Belanda. Perjanjian tersebut lantas dibatalkan oleh PSSI.” (hlm 77-78)

Soeratin membatalkan secara sepihak perjanjian tersebut. Namun NIVU tetap mengirimkan tim ke Prancis dengan bendera Dutch East Indies (Hindia Belanda). Tim tersebut adalah perwakilan Asia pertama sepanjang sejarah Piala Dunia.

Ditangani pelatih Johannes Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia Belanda tersebuat adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda. Tercatat nama Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kiri luar Achmad Nawir yang juga bertindak sebagai kapten.
Kapten Puck van Heel dan Kapten Hindia Belanda memasuki lapangan pertandingan, diikuti oleh pemain lain

The players of the Dutch team and Dutch East Indies team are presented to Prince Bernhard by official Karel Lotsy and captain Puck van Heel.

Timnas Hindia Belanda berbaris di Reims, Prancis tahun 1938 untuk menghadapi Hungaria

Keikutsertaan Dutch East Indies atau Hindia Belanda bukan semata undangan, namun melalui pra kualifikasi yaitu menghadapi Jepang, namun karena situasi sosial dan keamanan pada masa itu, Jepang mengundurkan diri. Jepang menolak hadir dan memberikan kesempatan bagi Hindia Belanda untuk tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Lalu Amerika Serikat yang jadi lawan berikutnya menyerah tanpa bertanding.

Pada babak penyisihan, Hindia Belanda langsung menghadapi tim tangguh, Hungaria. Stadion Velodrome Municipale, Reims, 5 Juni 1938, menjadi saksi bersama 9.000 penonton yang hadir, Hindia Belanda tak mampu berbuat banyak dan terpaksa pulang lebih cepat setelah digilas 6-0 oleh Hungaria. Dan memang oleh kemampuannya yang tinggi, kelak Hungaria meraih posisi runner-up. Dan posisi pertama ditempati oleh Italia dengan mengalahkan Hungaria 4-2. Meski belum menggunakan bendera Merah-Putih, inilah satu-satunya penampilan anak negeri di Piala Dunia.

Banyak catatan akan prestasi Dutch East Indies sebelum 1938 menurut, berbagai catatan cukup di segani, bahkan China, Australia pernah mengadakan ujicoba dengan timnas pada masa itu, bahkan salah satu koran Australia mengabarkan bahwa di wilayah Jawa khususnya sepakbola merupakan Olahraga terpopuler di masa itu.

Ketika Indonesia sudah mengenal sepak bola di masa penjajahan, masyarakat sang penjajah sendiri yaitu Jepang masih menganggap aneh olahraga seperti itu. Seperti catatan seorang wartawan Antara, Sugiarto Sriwibowo yang meliput pertandingan sepak bola dalam Olimpiade Tokyo tahun 1964, menuturkan. “Orang Jepang bila menonton bola sangat geli dan tertawa bila melihat pemain menyundul bola. Mereka takut kepala pemainnya pecah. “(sumber)

Sepak bola bagi Indonesia sudah mempunyai catatan panjang namun di tahun tersebut orang Jepang baru belajar menyepak bola. Terutama bangsa Arab, tidak tahu sama sekali. Sementara Indonesia sudah malang melintang di kawasan Asia. Pemain legendaris Puskas mengenang sebuah pertandingan di lapangan Ikada, dalam pertandingan persahabatan Indonesia melawan Hongaria awal tahun 50-an.

Ia begitu kesulitan membobol gawang Indonesia yang dijaga Kiper Van der Vin asal klub UMS, Petak sinkian Jakarta. Kiper keturunan Belanda yang tampan ini selalu naik motor Harley Davidson kalau menuju Stadion, dan kerap kali berganti membonceng gadis gadis cantik seperti gaya pemain Liga Eropa saat ini.

Kini demam sepakbola sudah dimulai membara, pesta akbar ini menjadi pusat perhatian seluruh dunia. Segala aktifitas sehari-hari terselingkuhi percakapan akannya, tentang sebuah bola yang direbutkan dengan sportifitas yang tinggi. Dan kali ini pula diadakan di sebuah negeri yang mempunyai sejarah kelam yang panjang, namun dapat bangkit dalam semangat rekonsiliasi, melupakan luka lama. Tak heran pula bisa Nelson Mandela berkata, “sepak bola merupakan aktivitas yang paling mampu mempersatukan umat manusia.”

Persepak bolaan kita mempunyai sejarah awal yang baik, namun entah mengapa kian lemah hingga kini. Sebaiknya kita belajar pada Afrika yang bisa bangkit dari sejarah kelam yang panjang. Dan bersama itu pula, kiranya kita tak saja mempunyai tim olah raga yang kuat, namun juga “tim” pemangku kuasa yang perduli akan keinginan bersama semua pemberi semangat, bahwa tujuan kita adalah tendangan gol-gol yang indah dalam sportifitas yang tinggi.

Catatan :
DAFTAR KLUB SEPAKBOLA HINDIA BELANDA TAHUN 1894-1942 (sumber klik)
(Voetbalclubs in Nederlands-Indiƫ tussen 1894 en 1942) :
• Ardjoeno - Malang - Indonesisch
• BVC (Bataviasche Voetbal Club) - Batavia - Europees
• The Corinthians - Malang - Europees
• Djocoja - Djokjakarta
• Excelsior - Soerabaja
• Hak Sing - Malang - Chinees
• HBS - Soerabaja
• HCTNH - Soerabaja - Chinees
• Hercules - Batavia - Europees
• MVS (Medansche Voetbal Vereniging) - Medan
• OLVEO (Onze Leus is Voortwaarts En Overwinnen) - Batavia - Europees
• SIDOLIG (Sport In De Open Lucht Is Gezond) - Bandoeng - Europees
• Sparta (Militairen) - Batavia - Europees
• Sparta (Militairen) - Bandoeng - Europees
• Sparta - Malang
• STOVIA (Inlandse Artsen) - Batavia - Indonesisch
• SVBB (Sportvereniging Binnenlands Bestuur) - Batavia - Europees
• SVV - Semarang
• Takja Oetama - Malang - Indonesisch
• THOR (Tot Heil Onzer Ribbenkast) - Soerabaja
• Tiong Hoa - Soerabaja - Chinees
• VIOS (Voorwaarts Is Ons Streven) - Batavia - Indonesisch
• Vitesse - Malang
• UMS (Unity Makes Strength) - Batavia - Chinees
• UNI (Uitspanning na Inspanning) - Bandoeng - Europees
• Velocitas (Militairen) - Bandoeng - Europees
• Voorwaarts - Malang - Europees
• VVJA (Voetbal Vereniging Jong Ambon) - Batavia - Indonesisch
• VVM (Voetbal Vereniging Minahassa) - Batavia - Indonesisch
Edi Sembiring
sumber gambar klik
bahan bacaan :
forumbebas.com klik 
blog.imanbrotoseno klik antara.co.id klik

Sunday 6 June 2010

Pecinta Perempuan


Aku adalah lelaki yang mencintai perempuan
                                                                                     (oleh edi santana sembiring)

Aku adalah kubangan akal yang menari-nari di atas derita diri
Bagai masa tak mau sudi duduk sejenak untuk bercerita
Sudah lama aku siapkan jamuan ini
Secangkir darah yang ku warnai dengan dengus najis
Agar kau sadar tubuhku penuh luka
Tertakik kuat cakar kuku-kuku betina yang lalu

Aku adalah usapan malam yang meninanbobokan bulan
Terperangah dalam pucat pasinya hingga ia malas berpaling
Di jurang dalam, aku menyalakan api unggun tanda tanya
Hendak di bawa ke mana cintaku yang suci
Sementara gelap malam kian menusuk mata hatiku
Menipu sepi bagai makanan yang harus ku santap di setiap maki

Aku adalah lelaki yang mencintai perempuan
Kesadaran awal adam yang menangis di kesepian tamannya
Diberi tahta onak duri yang rakus mencium kaki
Sementara para betina lari menjauhi jeritku
Melihat kelaminku telah tegar melawan waktu


Aku Selalu Berlari Bersama Mimpiku
(Oleh T. Wijaya)
Aku lelaki yang mencintai perempuan
Tidur dan minta disuapi nasi dari tangan perempuan
Hanya setiap bangun tidur, aku diam-diam membuat benteng
Mimpiku melulu mencintai banyak perempuan
Di ranjang, aku paling akhir yang tidur
Perempuanku mulai tua dan penuh kecemasan
Dia selalu memeriksa sepatuku
Meskipun aku mengatakan tubuhmu tidak terlalu gemuk
Perempuanku mulai tua dan penuh kemarahan
Dia selalu merobek pakaiannya
Meskipun aku mengatakannya, warnanya tidak begitu kusam

Aku lelaki yang lahir dari rahim perempuan
Berlari dan minta diperhatikan perempuan
Setiap mampir di warung kopi, aku membangun banyak keluarga
Mimpiku melulu punya selusin anak
Di semester akhir sekolah anak-anakku, aku paling takut pergi ke sekolah
Aku bersembunyi dalam pertemuan-pertemuan sesama lelaki
Aku lelaki yang mencintai perempuan
Aku selalu berlari bersama mimpiku
Aku lelaki yang lahir dari rahim perempuan
Aku selalu berlari bersama mimpiku

sumber foto klik

Sendiri Bersama Guruh Soekarno Putra

Malam ini aku mendapatkan sebuah keindahan. Dalam hening malam aku menemukan lagu lama karya maestro kita Guruh Soekarno Putra. Namun dilantunkan bukan olehnya, oleh seseorang yang juga takjub akan keindahan syair dan musiknya. Dengan kesederhanaan ia memetik kidung kedamaian itu, namun terasa kental ada rindu yang merambat di kamar ini.

Judul lagu adalah Sendiri dimainkan ulang oleh floatproject yang digawangi oleh komposer/penyanyi/gitaris Hotma “Meng” Roni Simamora.
Komentarnya tentang lagu ini :

Gw selalu kecanduan lagu ini sejak pertama kali denger waktu jaman sd tahun 80an. Lagu ini ditulis salah satu jagoan indonesia Guruh Soekarno Putra dan dinyanyiin jagoannya juga Chrisye di albumnya yg berjudul "Sendiri" yg dirilis th 1984 sama Musica Studio. Dari info yg gw cari via google, produsernya waktu itu Sendjaya Widjaya. Gw sempet punya mp3nya (setelah nyari kasetnya dimana2 ngga nemu2), tapi sayang kwalitasnya ngga bagus. Kepengen punya versi remasterednya tp kayaknya ngga bakal dibuat krn mungkin dianggap "kurang menjual" utk jaman sekarang. Sejauh pengetahuan gw emang ngga banyak orang yg tau lagu ini. Aneh. Padahal menurut gw lagu ini bagus bgt (atau gw yg aneh?). Sebuah masterpiece yg wajib diperdengarkan keindahannya ke audiens jaman skarang. I hope this version could represent the vibe.

Sengaja komentarnya tak diedit kalimatnya, agar sesuai dengan suasana hatinya saat menulis komentar tentang lagu yang dinyanyikannya ulang. Bersyukurlah saya, ia multi talenta dan mampu membawa mas Guruh ke kamar ini untuk sama terbunuh dalam sepi.

Saya sudah berusaha mencari lagunya namun tak menemukan versi aslinya yang dinyanyikan oleh Chrisye dengan diiringi oleh piano saja ditambah saxophone di bagian solo. Dengan kesabaran, saya mendengar dan menuliskan syair-syairnya. Begitu indah. Berikut ini adalah syairnya :



sendiri berjalan di tengah malam nan sepi
kian jauh melangkah semakin gelisah
sendiri termenung di larut malam nan hening
hatiku semakin gundah, oh mata membasah
bayu dingin lalu bintang mengerling sayu
rembulan menyuram tiada terbayang harapan
sendiri melangkah di jalan remang membisu
ku nanti engkau sinar bersama sang fajar




sendiri termenung di larut malam nan hening
hatiku semakin gundah oh mata membasah
bayu dingin lalu bintang mengerling sayu
rembulan menyuram tiada terbayang harapan
sendiri melangkah di jalan remang membisu
ku nanti engkau sinar bersama sang fajar

Dan dilantunan yang ke 15 kali aku putar ulang, aku menatap resah dan melahap malam dengan sebuah tanda tanya. Aku torehkan sebuah puisi sederhana yang mungkin tak sebanding dengan karya agung mas Guruh di atas. Berikut ini yang aku tuliskan :

sendiri


di manakah kau yang kini terapung dalam waktu terentang
yang melaju terhunus menuju pelukan malam
udara kini terasa kosong membuat ada tanya meringis
dan kabut samar hilangkan sebuah bayangan
kian tenggelam bersama keringat malam


sementara waktu mendayu membisik sinis
mengejek bulan mematut diri
akalku terbenam pada mata kakimu
yang melangkah entah membaui apa


esok aku hanya menanti sejuta cerita dari derita yang kau tatap
dan selanjutnya, aku tak lagi merasa terbaring di lantai yang miring

Sendiri termenung dan melangkah di larut malam ini, sementara mata hati basah menatap resah yang semakin gundah. Entah suasana apa yang ada dibenak mas Guruh saat itu namun sesosok fajar yang dinanti kembali, semoga lahir bersama sinar yang berpendar.

Seperti juga diriku yang menantikan seseorang yang merapat di pelabuhan dialektika menuju Indonesia tanpa resah dan gundah. Semoga ia tiba bersama fajar yang ditentengnya pulang.