Monday 13 September 2010

Kepada Marhaen, PULANGLAH!!!

Sitor Situmorang
Dalam sebuah wawancara dengan wartawan Tempo, Sitor Situmorang mengungkapkan pandangannya seputar konflik kebudayaan antara Lekra dan Manikebu. Sitor ketika itu ikut menyeberang bergabung dengan Lekra menyerang Manikebu. Ketika ditanya mengenai alasannya terlibat dalam konflik kebudayaan itu :

“Begini. Konflik tahun 1965 itu sangat dipengaruhi oleh situasi dunia akibat perang dingin Amerika Serikat dan Soviet. Amerika ingin Indonesia memilih salah satunya. Bung Karno tidak mau. Lalu karena Bung Karno didukung oleh komunis Indonesia, Bung Karno dicap komunis. Itu akal-akalan mereka saja. Padahal Bung Karno ingin berjuang dalam garis nasionalis. Dia menunggalkan perlawanan bahwa yang bukan nasionalis itu imperialis. Intelektual muda waktu itu tak setuju dengan strategi Bung Karno. Mereka dimanfaatkan untuk melawan Soekarno. Manikebu itu disusupi CIA. Kami mendukung Bung Karno karena ideologinya jelas: nasionalis. Lalu mereka bilang Bung Karno itu pengekor komunis. Kami balik menyerang, kalau begitu kalian antek-antek Amerika.”

Ketika ditanya lebih lanjut, mengapa konflik politik ini dibawa dalam ranah kebudayaan Sitor menuturkan :
“Karena sastrawan itu bukan malaikat. Manusia, yang kebetulan sastrawan, tak boleh berlagak tak ada urusan dengan politik nasional. Kalau ada yang bilang sastrawan tak boleh berpolitik, itu omong kosong. Pramoedya besar bukan karena dia Lekra, tapi karena karyanya. Kami menghadapi tantangan imperialis, kami melawan. Bagi kami imperialis itu Amerika. Sebab Cina dan Soviet itu negara besar, tapi untuk dirinya sendiri”.

Dalam sebuah karyanya Sitor pernah menulis puisi tentang sebuah seruan, seruan untuk kembali kepada marhaen. Puisi yang mewakili pandangan politiknya ini penuh dengan suasana heroik dan semangat anti penindasan. Berikut ini adalah petikan puisi Bung Sitor yang berjudul Kembali Kepada Marhaen :

Kembali Kepada Marhen
Itulah seruan pertanda zaman :
Dalam Kemajuan, tandanya ada penyelewengan, bahwa
Berjuang itu lebih penting dari memungut hasil
Untuk mana semua harus diikhlaskan.
Ideologi adalah buah perkembangan masyarakat
Revolusi menjadi proses kehidupan rakyat.
Pemimpin lahir – sejak dari Multatuli
Karena penindasan maka menjadi
Kemerdekaan bangsa berakar kemerdekaan rakyat.
Kepada Marhaen kembalilah agar selamat
Tuntut dan tuntut dan laksanakan :
Landreform lalu bagi hasil, dewan perusahaan.
Inilah marhaenisme BUNG KARNO.
Dulu dan sekarang dan kemudian.
Suatu laporan bergaris dan bergairah.
Gerakan kemerdekaan heroik serta hidup – patriot yang pasrah.
Wahai pemimpin kepada Marhaen – Kembalilah

Seruan untuk kembali kepada Marhaen, seruan yang takkan lekang dimakan jaman. Mari kembali membela hak-hak Marhaen. Hak-hak rakyat tertindas yang digusur oleh kepentingan kelompok dan golongan tertentu.

Kepada Marhaen, PULANGLAH ! (Banteng-banteng Pulang Kandang).



bahan bacaan : Klik

No comments: