Monday 13 September 2010

Hilangnya Foto Soekarno dan Clementis

Jujurlah, To!
Tahun 1984 terbit buku yang disunting oleh Nugroho Notosusanto, Pejuang dan Prajurit. Yang menarik pada buku yang diterbitkan oleh Sinar Harapan itu adalah tidak tampaknya wajah proklamator Sukarno pada waktu pengibaran bendera Merah Putih 17 Agustus 1945 (hal 94).

Yang kelihatannya hanya wajah Hatta. Sejarawan Abdurrachman Surjomihardjo menelpon penerbit dan menyampaikan protes terhadap hal ini. Menurut Abdurrachman, ini “pemalsuan sejarah”. Pada cetakan berikutnya, wajah Sukarno sudah tampak pada foto tersebut. Upaya semacam ini yakni menghilangkan seorang tokoh yang tidak disukai pada foto yang dimuat dalam buku sejarah adalah sesuatu yang lumrah dalam sejarah Rusia semasa Stalin.

Tahun 2002 Asvi Warman Adam membicarakan hal ini dengan Max Riberu, redaktur Penerbit Sinar Harapan yang ikut dalam proses penerbitan buku tersebut pada tahun 1984. Menurut Max ia bersama Aristides Katoppo dan beberapa orang lainnya menghadap Nugroho Notosusanto yang waktu itu jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Karena sang Menteri yang punya hajat menerbitkan buku, maka penerbitlah yang datang ke kantor Menteri untuk membicarakan hal ini. Mereka membawa beberapa foto yang akan digunakan sebagai ilustrasi buku tersebut dan meminta Pak Menteri untuk memilihnya. Karena foto pengibaran bendera merah putih tanggal 17 Agustus 1945 itu berukuran kecil, maka Nugroho Notosusanto meminta agar foto itu diperbesar. Karena diperbesar itu maka wajah Sukarno terpotong, demikian penuturan Max Riberu. Entah mana yang benar, Abdurrachman Surjomihardjo atau Max Riberu, wallahualam.

Senada dengan ilustrasi di atas terdapat kisah menarik dari Cekoslavia yang ditulis Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting, Great Britain: Penguin, 1980). Bulan Februari 1948, pemimpin komunis Klement Gottwald keluar di balkon Istananya di Praha untuk berpidato di depan ratusan ribu warga yang berdesak-desak sampai Old Town Square. Gottwald didampingi oleh kamerad Clementis. Ketika itu salju turun dan udara sangat dingin, kepala Gottwald basah. Clementis membuka topinya dan memasangkan ke kepala Gottwald.

Bagian propaganda Partai segera membagikan ratusan ribu foto bersejarah itu ke seluruh negeri. Gottwald yang memakai topi didampingi seorang kamerad di balkon Istana berbicara kepada bangsa. Di atas balkon itu lahir sejarah Partai Komunis Cekoslovakia. Setiap murid tentu mengetahui foto tersebut melalui poster, museum dan buku-buku pelajaran sekolah.

Empat tahun kemudian, Clementis dituduh berkhianat kepada negara dan dihukum gantung. Partai segera menghapus namanya dari sejarah termasuk foto-fotonya. Sejak itu dalam foto resmi hanya Gottwald yang berdiri di atas balkon Istana. Di tempat Clementis berdiri hanya terlihat dinding Istana. Namun yang tetap tinggal adalah topi Clementis yang dipasang di kepala Gottwald.

(Disunting dari MILITERISASI SEJARAH INDONESIA: PERAN NASUTION Oleh Asvi Warman Adam. Tulisan di atas hanya sebuah catatan kaki)

No comments: