Wednesday 4 June 2003

aku akan datang malam ini

"aku akan datang malam ini"
dan aku mematut diri. mengeringkan lautan luas yang masih menggenang. ombaknya menjilati cermin, kian retak oleh deburan yang entah berjarak peristiwa apa. kilau nakal fajar mengetuk-ngetuk sejarah, berbingkai kata dengan lumut yang kian menenung diri. tersisa debu-debu menebal bersama kelam dan saat resah mendaki, kerikil kemungkinan menjungkirbalikkan penat, meluncur bebas menebas onak peraduan. perih....... menerbangkan debu. pada dasarnya aku meraba peti tua, tertoreh sebuah mantra, kata tua 'kasih'. ku teteskan liur pada setiap akhir suku kata dari doa-doa yang menganga. mencari tepi kebodohan jiwa yang terentang di setiap langkah berpijak. budak biarlah hengkang dari penjaranya dan kekasihku meraja di gelisah yang telah kurajang di menit-menit lalu. dan kembali aku mematut diri. di wajah tiada lagi lukisan, senyumku kini adalah kejujuran janji tiada berselingkuh galau.

"aku akan datang malam ini"
bersama pinta-pinta yang melambai-lambai, ku buka tingkap-tingkap sepi. menguapkan bulir-bulir gigil yang onani. tak ada lagi mimpi dan hayal. mentari telah menikam kesadaran. tepat di ujung belatinya. ku susun setiap tapak menjadi bahasa baru. baku bagai detik-detik yang berbaris menuju menit. dan berdentang. buumm..... oh itu sebuah palu godam. menghantam kerdilnya rancangan hari. sendi-sendiku gemeretak memikul otak yang berpusar cepat. ini bukan rancanganku. istana kartu-kartu tarot menelan bom waktu. telah lama membius menjadi materai nafas-nafas. dan di sudutnya laba-laba hitan menenun diri, suntuk pada keruwetannya. rumah jiwa berdinding logika, di setiap pertemuannya ada moral yang memaku. dilaburi pekatnya ideologi yang kini abu-abu, mencoba menjaga dari rayap-rayap zaman. tapi mengapa masih ada hampa? ruang tak bermata, arah yang dituntun si buta. sementara tongkat hanyalah nasib yang menjilati jejak-jejak. ku harus membakar hening dan sampah-sampah diri yang teronggok di setiap kesal yang pasrah. bersama tingkap-tingkap yang telah menganga, asapnya menjadi pertanda dari kubur sepi. di detik yang terkulai, berjuta merpati merangsek masuk. pada cakar-cakarnya terselip berjuta carik kertas, dari kitab-kitab tua, samar tertulis 'damai'

"aku akan datang malam ini"
ya, kekasihku akan datang malam ini. mengetuk pintu yang duduk manis menunggu. saat terkuak, perapianku akan memberi terang menghempas pekat di luar sana. percikannya memberi nada-nada, lagu yang indah buat tarian kita. tarian jiwa yang tak lagi meracau. namun jelaga malam kian sirik dan angin meniupkan kesal membawa rintik-rintik penat penantian. jam di dinding berdentang sombong tak ada niat untuk melayat. penantian telah mendinginkan santapan di meja persembahan. meracuni anggu-anggur yang kini mulai terasa asam. kelu di bibir bergetar menyusun harap. pelan menghantar akal pada peraduan hening, lelap di pangkuan kursi tua. seperti kemarin, kekasihku hadir di mimpi dan berucap, "Aku telah datang malam ini. di hatimu. saat rumah jiwa telah bersih dari luka semusim. manjakan Aku sebagai imanmu."

No comments: